Namun, keberlanjutan penguatan dolar AS masih akan bergantung pada beberapa faktor di antaranya data-data pendapatan korporasi AS, perkembangan negosiasi dagang AS-Tiongkok, dan risiko politik di AS.

(Baca: Gubernur BI Pastikan Kebijakan Bunga Acuan Tetap Hawkish)

Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi, dengan ketidakpastian global yang mereda tahun ini -- terlihat dari berlanjutnya arus masuk dana asing -- maka nilai tukar rupiah akan lebih stabil bahkan cenderung menguat.

Perkiraan tersebut juga dengan mempertimbangkan defisit transaksi berjalan Indonesia yang diperkirakan bisa turun ke kisaran 2,5% terhadap Produk Domestk Bruto (PDB) dari tahun lalu yang diperkirakan sebesar 3% PDB. Selain itu, pendukung lainnya yaitu berkembangnya pasar valuta asing domestik, termasuk Dmestic Non-Deliverable Forward (DNDF).   

Dengan perkembangan sejauh ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat menguat 1,13% dibandingkan posisi penutupan akhir tahun lalu (year to date). Penguatan ini merupakan yang terbesar keempat di antara beberapa mata uang Asia yang mencatatkan penguatan sepanjang awal tahun ini. Penguatan terbesar terjadi pada baht Thailand 1,69%, diikuti won Korea Selatan yaitu 1,5%, dan yuan Tiongkok 1,3%.

Halaman: