Penjualan eceran pada 2018 terindikasi membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu tercermin dari hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) per November yang baru saja dirilis. Survei dilakukan terhadap 700 pengecer di 10 kota yaitu Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwokerto, Makassar, Manado, banjarmasin, dan Denpasar.
Rata-rata tahunan pertumbuhan indeks penjualan riil (IPR) pada 2018 diperkirakan sebesar 3,7%, lebih tinggi dibandingkan 2,9% pada tahun sebelumnya. “Hal ini didorong oleh subkelompok sandang yang secara rerata tumbuh 15,3%, lebih tinggi dibandingkan -1% pada 2017,” demikian tertulis dalam hasil survei BI yang dipublikasikan pada Rabu (9/1).
Di samping itu, subkelompok bahan bakar kendaraan bermotor yang secara rata-rata tumbuh 11,3% secara tahunan, dibandingkan tahun sebelumnya -1,7%. Barang budaya dan rekreasi juga mengalami pertumbuhan 5,5%, dari tahun sebelumnya 3,1%. Begitu juga perlengkapan rumah tangga lainnya tumbuh 3,3%, dibandingkan tahun sebelumnya -6,9%.
(Baca: Transaksi Tokopedia Naik Empat Kali Lipat Selama 2018)
Di sisi lain, penjualan pada kelompok suku cadang dan aksesori; makanan, minuman dan tembakau tumbuh melambat. Sementara itu, penjualan pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi semakin anjlok yaitu -13,6%, dari tahun sebelumnya -2,3%.
Berdasarkan kota, pertumbuhan tahunan IPR paling positif terjadi di Surabaya. Pertumbuhan tahunannya positif di setiap bulan sepanjang 2018. Adapun pada Desember, pertumbuhan diperkirakan sebesar 53,6%.
Medan juga mengalami pertumbuhan tahunan positif IPR sepanjang tahun lalu. Meskipun, pertumbuhannya tidak terlalu besar. Pada Desember 2018, pertumbuhan tahunannya diperkirakan hanya 2,9%, lebih rendah dibandingkan Desember tahun sebelumnya yang sebesar 7%.
(Baca: Prospek Perdagangan 2019: Dihantui Perang Dagang dan Tekanan Ekspor)
Sedangkan Semarang dan Banjarmasin mengalami pertumbuhan tahunan positif IPR di mayoritas bulan sepanjang tahun lalu. Per Desember, pertumbuhannya diperkirakan mencapai 4,7% di Semarang, lebih baik dibandingkan -1,9% pada Desember tahun sebelumnya. Sedangkan di Banjarmasin diperkirakan -17,4%, anjlok dari Desember tahun sebelumnya 62,5%.
Pencapaian tersebut bertolak belakang dengan Bandung yang mengalami pertumbuhan tahunan IPR yang negatif di tiap bulan sepanjang 2018. Jakarta, Manado, dan Denpasar juga mengalami pertumbuhan tahunan yang negatif nyaris di setiap bulan tahun lalu. Pada Desember, pertumbuhannya masing-masing -5,6%, -11,5%, dan 1,7%.