Bank Indonesia (BI) merevisi turun prediksi inflasi tahun ini, setelah melihat perkembangan inflasi pada November. Berdasarkan hasil survei pemantauan harga BI, inflasi bulanan per pekan pertama November sebesar 0,16%. Dengan demikian, inflasi berkisar 2,39% secara tahun kalender (year to date) dan 3,12% secara tahunan (year on year).
"Kami perkirakan akhir tahun inflasi itu akan lebih rendah lagi dari perkiraan kami semula, akhir tahun itu bisa 3,2% year on year," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (9/11). Sebelumnya, BI memprediksi inflasi berada di kisaran 3,5% secara tahunan.
Adapun inflasi November disebabkan oleh kenaikan harga bawang merah, beras, bensin dan emas perhiasan. Di sisi lain, ayam ras dan sayur-sayuran tercatat mengalami penurunan harga. (Baca juga: Rupiah Bergejolak, Industri Rumah Tangga Naikkan Harga Jual Makanan)
Perry mengatakan inflasi pada tahun depan juga diprediksi akan lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya."Tekanan inflasi 2019 juga lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya yang sebesar 3,6% menjadi 3,5%," ujar dia.
Perkiraan inflasi tersebut sudah dengan mempertimbangkan potensi pertumbuhan ekonomi maupun capaian defisit transaksi berjalan pada tahun depan. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2019 akan berada pada rentang 5,1-5,5%. Sementara, defisit transaksi berjalan diperkirakan mengecil dibanding tahun ini, yaitu menjadi 2,5%.