Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil dalam beberapa hari terakhir. Hal itu seiring dengan permintaan dan pasokan dolar yang cukup di pasar.
"Supply demand berjalan cukup baik, mekanisme pasar bergerak baik. Ini menunjukkan confident pasar, termasuk dari global, investor asing terhadap Indonesia cukup baik," kata dia saat ditemui di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (19/10).
Meski begitu, situasi global dapat mengalami perubahan sehingga memengaruhi pergerakan di pasar. Yang jelas, ia menekankan bahwa hal tersebut wajar. (Baca juga: Kurs Rupiah Tertekan, RI Renegosiasi Proyek Jet Tempur dengan Korsel)
Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah cenderung menguat dalam beberapa hari belakangan, setelah melemah cepat ke kisaran Rp 15.200 per dolar AS. Pada perdagangan di pasar spot Jumat (19/10), kurs rupiah ditutup di level Rp 15.187 per dolar AS, menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan pada Senin (15/10).
Adapun nilai tukar rupiah telah mengalami tekanan selama nyaris 10 bulan sejak Februari lalu. Sepanjang tahun ini, kurs rupiah tercatat telah melemah lebih dari 12%. (Baca juga: Subsidi BBM-Elpiji Lewati Target Terdongkrak Harga Minyak dan Rupiah)
Para ekonom memprediksi risiko pelemahan nilai tukar rupiah masih akan berlanjut seiring banyaknya isu eksternal dari mulai potensi berlanjutnya kenaikan bertahap bunga acuan AS dan perang dagang yang berisiko melenekan ekonomi global.
Sebelumnya, Ekonom makro ekonomi yang menjabat Project Consultant Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi memprediksi kurs rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya masih akan berada dalam tekanan sampai rapat kebijakan bank sentral AS pada 18-19 Desember 2018.
Hal itu lantaran pelaku pasar menantikan realisasi dari potensi kenaikan bunga acuan AS pada rapat tersebut. Namun, tekanan akan bersifat timbul tenggelam, tergantung persepsi dan sentimen pelaku pasar.