PT Adaro Indonesia bersama mitra bisnisnya PT Pertamina, PT Saptaindra Sejati, PT Pama Persada, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama mendeklarasikan peningkatan transaksi rupiah. Direktur Utama Adaro Garibaldi Thohir atau Boy Thohir mengatakan pihaknya bakal mengonversi transaksi yang selama ini dilakukan dalam dolar Amerika Serikat (AS) dengan para mitranya tersebut menjadi dalam rupiah. Transaksi yang dimaksud mencapai US$ 1,7 miliar atau Rp 25 triliun dalam setahun.
Boy mengatakan transaksi ini merupakan bentuk dukungan kepada pemerintah untuk mengendalikan permintaan dolar AS. Dengan demikian bisa membantu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Saya berinisiatif karena dalam Adaro Grup, memang pembayaran dolar kami kepada mitra cukup besar," kata dia dalam Konferensi Pers Penandatanganan Deklarasi Bersama Peningkatan Transaksi Rupiah di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (3/10).
(Baca juga: Rupiah 15.000 per Dolar AS, Pemerintah Disarankan Tahan Dividen Asing)
Secara rinci, transaksi bernilai US$ 1,7 miliar yang dilakukan Adaro meliputi US$ 600 juta untuk membayar tax royalty, US$ 400 juta untuk transaksi dengan Pertamina, US$ 300 juta dengan Pama Persada, US$ 300 juta dengan Saptaindra Sejati, US$ 100 juta untuk transaksi dengan Bukit Makmur.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan transaksi dalam negeri memang sudah seharusnya menggunakan rupiah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Ini sesuai aturan Bank Indonesia, (supaya) ada keseimbangan pasokan dolar dan permintaan dolar," kata dia.
Adapun tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah mengalami tekanan selama lebih dari tujuh bulan atau sejak Februari tahun ini. Pelemahan terjadi lantaran derasnya arus keluar modal asing dari pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia dipicu oleh isu global seperti kenaikan bunga AS dan perang dagang.
(Baca juga: Lonjakan Harga Minyak Picu Kurs Rupiah Tembus 15 Ribu per Dolar AS)
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pelemahan besar lantaran selama ini pasokan dolar AS dari arus masuk modal asing ke pasar keuangan domestik merupakan panambal kekurangan valas imbas defisit transaksi perdagangan internasional. Mulai Senin (2/10) kemarin, nilai tukar rupiah bertengger di level 15.000 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot, level tertinggi sejak krisis 1998.