Bank Dunia Prediksi Defisit Transaksi Berjalan Hingga Akhir Tahun 2,4%

Antara Foto /Oky Lukmansyah
Pembatasan kosmetik impor dikhawatirkan memicu kenaikan harga dan munculnya kosmetik ilegal.
Penulis: Rizky Alika
21/9/2018, 12.05 WIB

Meneropong CAD pada tahun depan, Bank Dunia memproyeksikan defisit stabil di posisi 2,3% terhadap PDB. Perkiraan ini dibuat dengan mempertimbangkan tekanan terhadap kurs rupiah yang kemungkinan lebih ringan.

Aspek lain ialah semakin banyak investasi yang menyasar produksi barang-barang modal sehingga kebutuhan impor dapat disubtitusi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang berpotensi melandai terutama Amerika Serikat dan Tiongkok.

(Baca juga: Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas, RI Berpeluang Rebut Pasar Ekspor)

Terkait dengan kenaikan tarif PPh barang-barang konsumsi impor, menurut Project Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi, kebijakan ini perlu dilakukan secara cermat.

"Jangan sampai menimbulkan reaksi balasan dari negara mitra dagang. Dan jangan sampai juga terjadi kelangkaan barrang yang malah menimbulkan tekanan inflasi," ujarnya kepada Katadata.co.id secara terpisah.

Selain menata kinerja ekspor dan impor, defisit transaksi berjalan juga dapat dikikis dengan mengurangi defisit neraca jasa. Contohnya, menggunakan asuransi dan maskapai domestik untuk kebutuhan pengiriman barang, serta mengurangi intensitas wisata ke luar negeri.

Jalan lain yang perlu ditempuh ialah mengurangi kepemilikan asing di pasar surat berharga negara (SBN) secara bertahap. Tapi, penurunan ini bukan melalui regulasi melainkan dengan meningkatkan keterlibatan investor domestik.

"Itu (mengurangi porsi asing) juga butuh waktu. Tapi, memang butuh waktu untuk membenahi CAD," ucap Eric. (Baca juga: BI Pantau Imbal Hasil Surat Berharga Tenor 10 Tahun Tetap Menarik)

Halaman: