Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 yang merupakan tertinggi sejak era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), ternyata masih menyisakan catatan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti salah satu komponen pertumbuhan ekonomi yakni investasi yang hanya tumbuh 5,87% dibandingkan kuartal sebelumnya mencapai 7,95%.
Kinerja investasi menurun, padahal dalam tiga kuartal sebelumnya, angka pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) bisa berada di atas 7%. Sri mengatakan pemerintah akan mencermati penyebab tertekannya penanaman modal dalam pertumbuhan ekonomi.
"Apakah karena ada libur panjang, jadi (kinerja) industri manufaktur rendah. Mungkin ini ada korelasinya," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/8). (Baca: Optimisme Pelaku Usaha pada Kuartal III 2018 Diprediksi Lebih Rendah)
Bukan hanya investasi, Menteri Keuangan juga melihat pertumbuhan ekspor kuartal II lalu lebih kecil ketimbang impornya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekspor kuartal II hanya 7,7%, sementara pertumbuhan impornya mencapai 15,1%. Menurutnya, pelemahan ekspor akan menimbulkan tekanan pada neraca pembayaran.
Meski begitu, dia cukup senang dengan capaian perekonomian kuartal II-2018. Angka pertumbuhan ekonomi dalam tiga bulan kedua tahun ini telah melampaui prediksi awal pemerintah yakni 5,16% hingga 5,17%. Secara umum, stabilisasi harga bahan pokok, momen lebaran, pergeseran panen raya, hingga Tunjangan Hari Raya dan gaji ketiga belas, menjadi faktor utama yang memacu pertumbuhan ekonomi.
(Baca: Investasi dan Net Ekspor Melemah, Ini Penyebab Ekonomi Tumbuh Membaik)
Menteri Sri berharap konsumsi masyarakat bisa terjaga pada semester II. Pemerintah akan berhati-hati terhadap risiko nilai tukar mata uang yang dapat memicu inflasi. Selain itu, kenaikan impor bahan baku dan barang modal harus diterjemahkan dalam realisasi investasi yang tinggi.
"Jadi mungkin saja (pertumbuhan investasi) munculnya di semester II," kata dia.
BPS siang tadi mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2018 sebesar 5,27% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan kuartalan tersebut merupakan yang tertinggi selama pemerintahan Presiden Joko Widodo atau sepanjang periode akhir 2014 hingga saat ini.
(Baca: JK Sebut Para Pengusaha Pilih Menunda Bisnis Jelang Pilpres)
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meski masih di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar 5,4%. "Triwulan kedua salah satu pemicunya adalah momen Ramadan dan Lebaran," kata dia.