Bank Indonesia (BI) bakal kembali mengumumkan kebijakan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate pada Kamis (19/7). Para ekonom memprediksi bunga acuan tetap, meski nilai tukar rupiah masih lemah. Alasannya, nilai tukar rupiah sesuai fundamental ekonomi saat ini dan perlunya menyokong laju ekonomi.
Ekonom yang kini menjabat sebagai Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi memperkirakan BI akan mempertahankan bunga acuan hingga akhir tahun. "Saya expect stay di 5,25% sampai akhir tahun 2018," kata dia kepada katadata.co.id, Rabu (18/7).
Menurut dia, manfaat kenaikan bunga acuan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah tidak sebanding dengan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi. Kenaikan bunga acuan berpotensi memperlambat laju ekonomi, sebab pembiayaan usaha bakal lebih mahal.
Di sisi lain, tekanan global dinilainya sudah mereda, meskipun nilai tukar rupiah di atas 14.000 per dolar AS. Ia menyebut, nilai tukar rupiah berada di level keseimbangan barunya. Level saat ini pun dianggap sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi domestik.
(Baca juga: Kurs Rupiah Lemah, Faisal Basri Kritik Sejumlah Pejabat Beternak Dolar)
Berdasarkan analisisnya, nilai fundamental rupiah berada di kisaran 14.000-14.200 per dolar AS. Namun, dengan mempertimbangkan faktor persepsi, ia memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan bergerak di kisaran 14.200-14.500 untuk sementara waktu. Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah diperdagangkan di rentang 14.415-14.425 per dolar AS, Kamis (19/7) pagi ini.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga memprediksi bunga acuan tetap. "Karena secara fundamental, ekonomi kita tidak ada perubahan, variabel stabil, inflasi dan defisit anggaran di bawah target," kata dia.
Dari sisi domestik, ia memperkirakan defisit transaksi berjalan seuai prediksi yaitu di sekitar 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini, atau lebih tinggi dari tahun lalu 1,7% terhadap PDB. Sementara dari sisi eksternal, prediksi kenaikan bunga acuan AS belum berubah yaitu sebanyak dua kali lagi tahun ini.
Di sisi lain, sejalan dengan Eric, David pun berpendapat nilai tukar rupiah masih tidak terlalu jauh atau sesuai dengan fundamental ekonomi, yaitu pada kisaran 14.100-14.300 per dolar AS.
(Baca juga: Pejabat Dituding Beternak Dolar, Moeldoko Janji Tukar ke Rupiah)
Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga memperkirakan bunga acuan tetap. Namun, berbeda pendapat dengan dua ekonom lainnya, ia menilai, posisi nilai tukar saat ini terlalu lemah.
Menurut dia, jika pemerintah mengantisipasi kenaikan bunga acuan AS sejak awal tahun, nilai tukar rupiah dapat bertahan di bawah level 14.000 per dolar AS. Tahun ini, ia menyebut bunga acuan AS berpotensi naik dua sampai tiga kali lagi. "Itu melihat Jerome Powell (Gubernur bank sentral AS) hawkish dan confident dengan data inflasi," ujarnya.