Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia sebesar US$ 358,6 miliar per akhir Mei tahun ini atau setara Rp 5.157 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 6,8% secara tahunan, lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,8% secara tahunan.
Rinciannya, utang luar negeri pemerintah dan bank sentral tercatat sebesar US$ 182,5 miliar atau tumbuh 8,3%, sedangkan utang luar negeri swasta US$ 176,1 miliar atau tumbuh 6,5%. Pertumbuhan tahunan tersebut lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Utang luar negeri pemerintah tumbuh melambat dipengaruhi oleh pelepasan SBN (Surat Berharga Negara) domestik oleh investor asing sejalan dengan perkembangan likuiditas global,” demikian tertulis dalam siaran pers BI, Senin (16/7). Selain itu, adanya net pelunasan pinjaman.
Berdasarkan data BI, kepemilikan SBN rupiah oleh investor asing turun US$ 1,1 miliar sepanjang Mei lalu, lantaran investor mengantisipasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS pada Juni. Dengan perkembangan tersebut, utang luar negeri pemerintah yang berupa SBN milik nonresiden tercatat sebesar US$ 124,6 miliar, sedangkan pinjaman dari kreditur asing sebesar US$ 54,7 miliar.
(Baca juga: Tarik Dana Asing ke Pasar SUN, BI Kerek Tinggi Bunga Acuan Jadi 5,25%)
Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan utang luar negeri swasta terutama dipengaruhi oleh sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA). Secara tahunan, pertumbuhan utang luar negeri ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar 0,2%, 3,3%, dan 11,7%, lebih rendah dibandingkan sebelumnya
“Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri sektor jasa keuangan mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya,” demikian tertulis. Adapun keempat sektor bisnis tersebut tercatat sebagai pemegang utang luar negeri swasta terbesar dengan porsi 72,4%.
Meski begitu, bila dibandingkan dengan kondisi Mei tahun lalu, utang luar negeri swasta sebetulnya tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Per Mei 2017, utang luar negeri swasta turun 0,1% secara tahunan. Sedangkan pada Mei 2018 ini, utang luar negeri swasta tercatat naik 6,5%.
(Baca juga: Gubernur BI Yakin Rupiah Akan Lepas dari Tekanan Dolar)
Secara umum, BI menilai perkembangan utang luar negeri Indonesia pada Mei tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil di kisaran 34%. BI mengklaim rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara setara atau peers.
Risiko utang yang terkendali juga tercermin dari struktur utang luar negeri yang didominasi utang berjangka panjang yaitu 86,3%. “Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran utang luar negeri dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” demikian tertulis.