Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memaparkan konsumsi dominan masyarakat kelompok ekonomi terbawah. Menurut dia, data tersebut bisa menjadi panduan dalam kebijakan pengendalian harga (inflasi). Tujuannya, agar kemiskinan tidak memburuk imbas gejolak harga barang-barang yang banyak dikonsumsi tersebut.
Ia menjelaskan, di luar pangan, masyarakat terkait terpantau banyak mengeluarkan uang untuk membeli pulsa telepon selular (ponsel). "Kelompok 40% terbawah konsumsi (pulsa) handphone-nya besar. Bahkan data Susenas Maret 2017 mengatakan kontribusi konsumsi pulsa terhadap konsumsi per kapita per bulan mencapai 25%," kata dia dalam Rapat Kerja dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Jakarta, Senin (5/6).
Menurut dia, semakin rendah pendapatan masyarakat, porsi pengeluaran untuk pulsa ponsel semakin besar. Hal ini terjadi lantaran biaya rumah, listrik, pendidikan, hingga Bahan Bakar Minyak (BMM) sudah didukung oleh bantuan pemerintah. Alhasil, masyarakat menggunakan penghasilannya untuk pulsa.
Meski porsinya besar, Bambang menilai pengeluaran untuk pulsa ponsel tersebut tak sepenuhnya buruk, lantaran bisa mendukung penyaluran bantuan sosial nontunai. “Itu ada unsur produktif,” kata dia.
(Baca juga: Pertama Sejak Awal 2018, Daya Beli Petani pada Mei Membaik)
Sementara itu, pengeluaran pangan terbesar masyarakat kategori miskin adalah beras dengan proporsi 18,8% di perkotaan dan 24,25% di pedesaan. Kemudian, rokok kretek filter dengan proporsi 10% di perkotaan dan 10,7% di pedesaan. Berikutnya, daging sapi dengan proporsi 5,7% di perkotaan dan 2,83% di pedesaan.
Selain itu, pembelian telur ayam dan daging ayam juga mendominasi pengeluaran masyarakat miskin di perkotaan. Demikian juga dengan pembelian gula pasir dan telur ayam ras, mendominasi pengeluaran masyarakat miskin di pedesaan.
Adapun pemerintah menargetkan ketimpangan ekonomi bisa berangsur semakin kecil yang tercermin dari penurunan rasio gini. Pada September 2017, rasio gini tercatat sebesar 0,391. Tahun ini, rasio gini ditargetkan berada di kisaran 0,38-0,39 dan pada 2019 sebesar 0,38.