Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan Jepang sepakat untuk melakukan amandemen kerja sama bilateral swap arrangement (BSA) yang berlaku saat ini. BSA merupakan kerja sama pertukaran atau swap mata uang untuk mengatasi kesulitan devisa.
Setelah amandemen dilakukan, Indonesia bakal memiliki fasilitas swap rupiah dengan yen, selain rupiah dengan dolar Amerika Serikat (AS) dari pemerintah Jepang. "Jadi ada penambahan fleksibilitas," kata Kepala Departemen Internasional Doddy Zulferdi di kantornya, Jakarta, Jumat (5/4).
Kerja sama ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan di kawasan. Kerja sama ini melengkapi jaring pengaman keuangan yang telah ada baik di tingkat regional maupun global. (Baca juga: BI Jaga Stabilitas Rupiah, Cadangan Devisa Tergerus Lagi US$ 2 Miliar)
Adapun nilai total perjanjian BSA ini masih sama dengan sebelumnya, yaitu US$ 22,76 miliar dan tidak ada ketentuan porsi yen dan dolar AS. "Tidak dibatasi tergantung kebutuhan Indonesia," kata Doddy.
Perjanjian kerja sama BSA antara Indonesia dengan Jepang pertama kali ditandatangani pada 17 Februari 2003 dan telah beberapa kali diamandemen dan diperpanjang. Perjanjian BSA yang berlaku efektif tanggal 12 Desember 2016 memiliki masa berlaku 3 tahun hingga 12 Desember 2019.
Kesepakatan untuk memperpanjang dan mengamandemen BSA ini dilakukan di tengah rangkaian pelaksanaan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur bank sentral ASEAN, China, Jepang, dan Korea di Manila.
Adapun Jepang dan Indonesia memiliki kerja sama dagang dan investasi yang besar. Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor selama 2010-2016 mencapai US$ 23,9 miliar atau 14,2% dari total pangsa ekspor Indonesia.
Jepang juga negara asal impor ketiga terbesar Indonesia, setelah Tiongkok dan Singapura dengan rata-rata nilai impor selama 2010-2016 mencapai US$ 17,1 miliar atau 10,6% dari total pangsa impor Indonesia.
Dalam hal investasi, Jepang tercatat menempati posisi kedua sebagai sumber Foreign Direct Investment (FDI) alias investasi asing langsung dengan pangsa 17,6% selama 2017.
Selain kerja sama BSA dengan Jepang, Indonesia memiliki kerja sama multilateral untuk mengatasi risiko kesulitan devisa yaitu Flexible Credit Line dengan International Monetary Fund (IMF) dan Chiangmai Initiative Multilateration yang melibatkan negara ASEAN ditambah Tiongkok, Jepang, dan Korea (ASEAN+3).