Bank Indonesia (BI) mencatat sebanyak enam perusahaan mulai melakukan transaksi dagang dengan menggunakan mata uang lokal yaitu rupiah-ringgit (IDR/THB) dan rupiah-baht (IDR/MYR). BI tengah menggencarkan transaksi dagang semacam ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI Nanang Hendarsah mengatakan, keenam perusahaan tersebut merupakan importir dan eksportir di beberapa bidang. “Bidang usahanya importir produk pertanian, makanan minuman, dan suku cadang kendaraan bermotor,” kata dia kepada Katadata, Senin (19/2). (Baca juga: BI Lihat Risiko Volatilitas Kurs Rupiah Menjelang Maret atau Juni)

Transaksi dagang dengan mata uang lokal ini seiring dengan kerja sama yang dilakukan BI dengan Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand (BoT). Menurut Nanang, sebanyak tujuh bank di Indonesia sudah mempersiapkan infrastruktur, termasuk pembukaan rekening nostro dan vostro untuk mendukung transaksi dagang yang dimaksud. “Direct quotation IDR/THB dan IDR/MYR sudah live di page reuters,” ucapnya.

Meski jumlah perusahaan yang menjalankan transaksi dagang dengan mata uang lokal belum banyak, namun Nanang mengatakan BI belum berencana untuk mewajibkan perusahaan-perusahaan lainnya untuk melakukan hal serupa. “Belum ada. Masih opsional, tapi BI akan terus dorong dengan sosialisasi bersama bank-bank yang telah ditunjuk,” kata dia.

Sebelumnya, Ekonom dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih juga berpendapat, minimnya penggunaan mata uang lokal untuk transaksi dagang internasional lantaran kurangnya sosialisasi dari bank sentral masing-masing negara. “Harus diintensifkan sosialisasi baik ke perbankan maupun pelaku usaha,” kata dia. 

Selain itu, ia menilai perlu ada terobosan kebijakan, misalnya uji coba dengan mewajibkan transaksi dengan mata uang lokal untuk perdagangan sektor tertentu. (Baca juga: Transaksi Dagang di ASEAN Pakai Mata Uang Lokal Tak Diminati)