Investasi Menggeliat, Ekonomi Tahun Ini Diprediksi Bisa Tumbuh 5,3%

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Pengerjaan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (19/1/2017).
Penulis: Ekarina
5/2/2018, 17.28 WIB

Pertumbuhan ekonomi pada 2017 mencapai 5,07%, atau hanya naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,03%. Meski cenderung stagnan, para ekonom menyakini laju ekonomi pada tahun ini lebih tinggi hingga mencapai 5,3%. Optimisme ini ditopang oleh tingginya pertumbuhan investasi sejak kuartal IV 2017 dan perkiraan kenaikan konsumsi masyarakat yang ditopang oleh peningkatan harga komoditas.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai 5,3%. Peningkatan ini seiring dengan kenaikan investasi serta konsumsi dalam negeri.

Berkaca pada pertumbuhan ekonomi 2017, David menuturkan pertumbuhan ekonomi masih tergolong lemah dengan belanja pemerintah yang baru mencatat kenaikan pada semester II 2017. Selain itu, investasi yang sedikit lebih rendah dari ekspektasi, ekspor yang menurun serta konsumsi melemah turut menyebabkan pertumbuhan ekonomi 2017 masih sedikit di bawah perkiraan.

Meski begitu, membaiknya angka investasi di kuartal IV 2017 serta banyaknya sejumlah faktor yang menjadi katalis pertumbuhan konsumsi menjadikannnya sedikit optomistis terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini.

"Pertumbuhan ekonomi tahun ini menurut prediksi saya bisa tumbuh 5,3% dibanding tahun lalu," ujarnya kepada Katadata lewat sambungan telepon, Senin (5/2).

Pada tahun ini, dia mencatat setidaknya ada beberapa faktor kunci yang mampu mendorong pertumbuhan konsumsi. Pertama, momentum pilkada. Momen tersebut diperkirakan mampu meningkatkan konsumsi, belanja masyarakat serta belanja iklan. Hal ini dinilai mampu berkontribusi sekitar 0,1% terhadap pertumbuhan.

Kedua adalah dimulainya momentum ASIAN Games yang juga diharapkan memicu belanja iklan dan konsumsi. Ketiga, perbaikan harga komoditas akan mendorong perbaikan daya beli masyarakat sekitar dan konsumsi. Terakhir, mengenai upaya pemerintah menyeimbangkan  dana belanja infrastruktur dan dana sosial diharapkan mampu menjadikan daya beli masyarakat terkerek naik.

Meskipun begitu,  ada hal lain  yang mesti diwaspadai, khususnya terkait faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Seperti lonjakan harga minyak dunia yang berpotensi menambah beban fiskal karena listrik masih mendapat subsidi. Kemudian kenaikan suku bungan dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang bisa berdampak terhadap terganggunya stabilitas kurs rupiah serta ketegangan antara Korea serta Timur Tengah yang mampu memicu gejolak ekonomi luar negeri dan berdampak ke dalam negeri.

Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini juga diutarakan oleh Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi. Menurutnya, pertumbuhan investasi yang kuat, telah memimpin pertumbuhan PDB secara keseluruhan di kuartal IV 2017.

Hal ini diperkirakan akan berlanjut tahun ini seiring dengan proyeksi kenaikan harga komoditas. Peningkatan investasi tersebut juga dapat memicu efek berantai berupa kenaikan konsumsi rumah tangga. "Proyek infrastruktur pemerintah kemungkinan akan tetap mendukung prospek pertumbuhan tahun ini," ujarnya. Alhasil, Gundy memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5,3%.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal IV 2017 secara tahunan sebesar 7,27% , naik dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 7,08%. Sedangkan secara akumulatif, PMTB tahun 2017 tumbuh 6,15%.

Komponen ini berkontribusi 32,16% terhadap PDB. Pertumbuhan investasi ini ditopang oleh maraknya pembangunan infrastruktur dan investasi swasta seperti pengadaan mesin.

Karenanya, jika invetasi terus tercatat menguat dan diberangi dengan penguatan harga komoditas yang berada di level sama seperti saat ini, maka ia memperkirakan pertumbuhan investasi akan lebih luas tahun ini, dengan kemungkinan dampak spillover positif terhadap konsumsi rumah tangga. "Kami memperkirakan pertumbuhan PDB secara keseluruhan sebesar 5,3% di tahun 2018," pungkasnya.

Reporter: Michael Reily