Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kembali menggelar rapat bulanan untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate). Para ekonom memprediksi bunga acuan bakal dipertahankan di level 4,25%. Penyebabnya, nilai tukar rupiah masih tertekan.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan sebetulnya masih ada ruang untuk pemangkasan bunga acuan. Namun, melihat perkembangan nilai tukar saat ini, kemungkinannya bunga acuan tetap hingga akhir tahun.
“Rupiahnya masih tinggi, di level Rp 13.500-an per dolar AS. Jadi rasanya BI agak menahan penurunan suku bunga acuan,” kata Lana kepada Katadata, Kamis (16/11). (Baca juga: Cadangan Devisa Oktober Tergerus Akibat Intervensi BI Jaga Rupiah)
Nilai tukar rupiah terus bertengger di level 13.500 per dolar AS sejak Oktober lalu. Di akhir oktober, rupiah bahkan sempat beberapa kali menembus level 13.600 per dolar AS. Hal ini seiring dengan arus keluar modal asing, utamanya dari pasar saham, menyusul rencana bank sentral AS menaikkan bunga dananya.
Proyeksi senada juga disampaikan Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Ia meyakini BI bakal menahan bunga acuan. Penyebabnya, dolar AS berpeluang semakin perkasa ke depan. “Saya memperkirakan BI 7 Days Repo Rate tetap. Sampai Desember tetap,” ujar dia.
Ada beberapa faktor yang mendorong penguatan dolar AS. Pertama, membesarnya peluang kenaikan bunga dana di AS. Kedua, bank sentral di dua negara besar yakni Kanada dan Inggris sudah lebih dulu menaikkan bunga acuannya. (Baca juga: Pengusaha Harap Rupiah Tak Anjlok Melebihi 13.500 per Dolar AS)
Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi juga memberikan prediksi yang sama. “BI cenderung akan mempertahankan kebijakan akomodatifnya saat ini,” kata dia.