Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 014 hanya laku Rp 8,95 triliun, jauh di bawah target awal pemerintah yaitu Rp 20 triliun dan proyeksi 19 agen penjual yaitu Rp 13,4 triliun. Kementerian Keuangan mengklaim ORI berkupon terendah sepanjang masa tersebut kurang laku lantaran investor masih memantau kondisi pasar.
"Itu karena sekarang investor masih wait and see untuk melihat dinamika pasar yang datang dari global politik. Jadi tidak banyak yang mengirim bids-nya," kata Direktur Strategis dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Scenaider Clasein H. Siahaan kepada Katadata, Senin (23/10).
Meski begitu, menurut Scenaider, pemesanan ORI 014 sebetulnya mencapai Rp 8,98 triliun, tapi Kemenkeu menetapkan hanya menjual Rp 8,95 triliun saja. Penetapan itu sesuai dengan kewenangan yang diberikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (SUN).
Berdasarkan asal kota, investor terbanyak berasal berasal dari DKI Jakarta yaitu 37,7%. Kemudian, jika ditinjau dari jenis pekerjaannya, investor terbanyak bekerja sebagai wiraswasta 15,4%, lalu disusul pegawai swasta 15,3%, ibu rumah tangga 7,44%, dan pegawai di otoritas ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 6,2%.
Adapun kupon ORI 014 merupakan yang terendah sepanjang sejarah yaitu sebesar 5,85%. ORI ditawarkan sejak 29 September hingga 19 Oktober lalu oleh 19 agen penjual yaitu 18 bank umum dan 1 perusahaan efek. (Baca: Bunga Rendah, ORI 014 Diproyeksikan Tak Capai Target)
Tanggal penerbitan atau setelmen adalah pada 25 Oktober 2017. Adapun masa Minimum Holding Period (MHP) yaitu 25 Oktober hingga 15 Desember 2017. Artinya, ORI mulai dapat dipindahbukukan pada 15 Desember 2017.
Sementara itu, pembayaran bunga dilakukan setiap tanggal 15 setiap bulan, dimulai pada 15 November 2017. Jumlah pembayaran bunga pertama senilai Rp 3.302 per unit dan jumlah pembayaran bunga selanjutnya sebesar Rp 4.875 per unit.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan mengatakan, jika penerbitan ORI 014 tak sesuai prediksi, maka pemerintah masih bisa mengandalkan lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) untuk menutup kebutuhan pembiayaan anggaran negara tahun ini. Adapun lelang SUN dan SBSN masih akan berlangsung empat kali sampai akhir tahun ini.