Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kembali menggelar rapat bulanan pada Jumat (22/9) ini untuk menentukan kebijakan moneternya. Para ekonom memprediksi dewan gubernur bakal memangkas lagi bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate) sebesar 0,25% menjadi 4,25%. Tujuannya, untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, perekonomian masih membutuhkan stimulus agar bisa tumbuh lebih tinggi. Apalagi, penyaluran kredit masih seret. Di sisi lain, inflasi juga di posisi yang rendah yaitu 3,82% secara tahunan (year on year/yoy) sehingga masih memungkinkan bagi BI untuk memangkas bunga acuan 0,25% lagi.
"Di dalam negeri kredit rasanya belum akan tumbuh sesuai target. Jadi BI 7 Days Repo Rate perkiraan saya turun 0,25 persen," ujar David kepada Katadata, Jumat (22/9). (Baca juga: Bank BUMN Fokus Turunkan Bunga Kredit di Segmen Inti)
Menurut dia, pemangkasan bunga acuan juga dimungkinkan lantaran dari sisi eksternal, belum akan ada tekanan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah ataupun aliran masuk dana asing (capital inflow). Sebab, bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) kemungkinan belum akan menaikkan bunga dananya (Fed Fund Rate).
Adapun kebijakan normalisasi neraca keuangan The Fed dinilai David sudah diantisipasi pasar. "Pasar sudah ekspektasi itu sudah akan dilakukan," ucapnya.
Pendapat senada disampaikan Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi. Menurut dia, selama kurs rupiah stabil terhadap dolar AS, maka arah kebijakan BI adalah pemangkasan BI 7 Days Repo Rate 0,25% sebelum akhir tahun. Ia pun tak menutup kemungkinan pemangkasan dilakukan lebih cepat yaitu pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Jumat ini.
(Baca juga: Bank Turunkan Bunga, Deposan Diprediksi Tarik Dananya)
Meski begitu, ia ragu pelonggaran moneter ini bisa segera mendorong pertumbuhan ekonomi. Penyebabnya, swasta baru akan meningkatkan pinjaman atau kredit investasi jika sudah ada hasil yang signifikan dari pembangunan infrastruktur. Adapun penyelesaian proyek-proyek infrastruktur membutuhkan waktu.
Di sisi lain, perbankan juga masih tampak menahan diri dalam menyalurkan kredit. "Di sisi penawaran, bank tampak ragu untuk memperpanjang pinjaman baru di tengah kredit bermasalah di sektor komoditas," kata dia. Maka itu, ia memprediksi pertumbuhan kredit belum akan melesat tinggi karena baik swasta maupun perbankan masih menunggu dan melihat (wait and see).
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan Dewan Gubernur BI bakal menahan bunga acuan di level 4,5% pada rapat Jumat (22/9) ini. "Kalaupun ada pelonggaran itu di makroprudensial yang loan to value (LTV) spasial itu," tutur Andry. (Baca juga: Godok Kebijakan Baru Uang Muka Rumah, BI Cek Harga Properti Daerah)
Meski begitu, ia melihat adanya peluang BI memangkas lagi bunga acuan di kuartal IV atau akhir tahun. Sebab, ekspektasi inflasi di 2018 juga rendah yakni hanya 2,5-4,5%.