Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menyebut pertumbuhan ekonomi saat ini yang di level 5% kurang tinggi. Alhasil, masih banyak masyarakat yang menganggur dan bekerja di sektor informal, misalnya sebagai pedagang kaki lima atau ojek online.
"Indonesia ini pertumbuhan ekonomi yang baik itu di atas 6%, syukur-syukur 7% jadi seluruh angkatan kerja baru terserap," kata dia dalam acara bertajuk 'Wealth Wisdom' di Pacific Place, Jakarta, Rabu (2/8). (Baca juga: Ekonomi Dipatok 5,2 Persen, Pemerintah Target 2 Juta Kesempatan Kerja)
Meski begitu, ia menilai, ekonomi berada dalam kondisi yang baik. Inflasi, misalnya, diperkirakan berada di bawah 4%. Begitu juga dengan nilai tukar rupiah yang stabil sekalipun banyak mata uang di dunia yang justru melemah.
Selain itu, defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD) juga membaik, ditopang oleh kinerja ekspor yang kembali positif. Yang menjadi catatan yaitu penjualan ritel yang turun. Dugaan Tony, hal itu terjadi lantaran masyarakat belum sepenuhnya yakin perekonomian akan membaik sehingga menahan belanja.
"Intinya, dalam situasi yang uncertain (tidak pasti) maka respons yang dilakukan oleh konsumen, yaitu lebih baik menahan diri atau mengerem konsumsi. Saya merasa ekonomi tertekan, maka enggak jadi konsumsi. Itulah alasan kenapa penjualan barang-barang konsumen itu turun," tutur dia. (Baca juga: Penjualan KFC, Indomaret, Sari Roti Turun 50% Akibat Daya Beli Lemah)
Ia pun mencontohkan kondisi di Amerika Serikat (AS). Masyarakatnya memilih menahan belanja lantaran adanya ketidakpastian atas kebijakan Presiden baru AS Donald Trump. Kondisi ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja turun.
Maka itu, menurut dia, pemerintah harus mendorong kepercayaan masyarakat. Apalagi kondisi fundamental ekonomi sudah cukup baik sehingga pemerintah hanya tinggal melanjutkan perkembangan positif tersebut. "Kesimpulannya, bagaimana membangkitkan confident, trust, antusias belanja? Yang dilakukan Presiden Joko Widodo, sudah betul menurut saya, mendorong infrastruktur," ujar dia.