Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya perlambatan pertumbuhan investasi pada semester I tahun ini. Realisasi investasi pada semester I-2017 tercatat sebesar Rp 336,7 triliun, hanya tumbuh 12,9 persen dibandingkan paruh pertama tahun lalu. Persentase pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir yang di atas 14 persen.
Pencapaian target investasi tahun ini pun cukup rendah. Sepanjang enam bulan pertama, realisasi investasi hanya mencapai 49,6 persen dari target yang telah dipatok tahun ini sebesar Rp 678,8 triliun. Padahal dalam dua tahun sebelumnya, realisasi investasi semester I sudah di atas 50 persen target.
Melambatnya laju investasi semester I tahun ini sebenarnya baru terlihat pada tiga bulan terakhir, yakni kuartal II. Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengatakan salah satu penyebabnya melambatnya pertumbuhan investasi semester I tahun ini adalah adanya penurunan harga komoditas.
Hal ini mempengaruhi realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan II turun 11,3 persen menjadi Rp 61 triliun dibandingkan triwulan I yang mencapai Rp 68,8 triliun. Lembong menjelaskan, kembali menurunnya harga komoditas pada periode tersebut berdampak pada investasi. Padahal, sejak tahun lalu hingga triwulan I-2017 harga komoditas selalu menanjak.
"Bagi Indonesia sektor komoditas sangat membantu, tapi di triwulan II-2017 harganya mulai turun lagi. Saya khawatir di triwulan III dan IV, tren penurunan ini akan jadi beban bagi perekonomian dan Investasi di Indonesia," ujar Lembong saat konferensi pers, di Kantor BKPM Pusat, Jakarta, Rabu (26/7).
(Baca: Laju Ekonomi Indonesia Semester II Diprediksi Capai 5,3 Persen)
Selain itu, Lembong juga memiliki kekhawatiran terhadap struktur investasi, terutama terkait keseimbangan antara investasi padat modal dengan padat karya. Menurutnya, pemerintah harus segera memperbaiki peraturan yang ada. Terutama terutama Peraturan Menteri (Permen) yang juga dikeluhkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan begitu, pemerintah bukan hanya bisa mengejar kuantitas investasi tetapi juga kualitasnya.
(Baca: Buat Aturan Hambat Investasi, Menteri ESDM dan LHK Ditegur Jokowi)
Dia mengingatkan jangan sampai investasi yang masuk justru dipersulit, sehingga mengakibatkan realisasinya ini bertujuan untuk melakukan efisiensi, yakni pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika kondisinya seperti ini, realisasi investasi mungkin saja mencapai target, tapi tidak mencapai tujuan besar program ekonomi pemerintah.
"Belum tentu peningkatan investasi sama dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Secara keseluruhan, total investasi PMDN pada semester I-2017 mencapai Rp 129,8 triliun atau naik 26,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 102,6 triliun. Sedangkan, Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 206,9 triliun atau tumbuh 5,8 persen dari semester I-2016 sebesar Rp 195,5 triliun.
Realisasi PMA masih didominasi oleh Singapura dengan nilai US$ 3,7 miliar. Kemudian berturut-turut diikuti oleh Jepang sebesar US$ 2,8 miliar, Tiongkok US$ 2 miliar, Hongkong US$ 1 miliar, dan Amerika Serikat sebesar US$ 1 miliar. Dari hasil realisasi investasi pada periode ini berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 539.475 orang.
Berdasarkan data tiga bulanan, Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM mengatakan total realisasi investasi triwulan II-2017 ini mencapai Rp 170,9 triliun atau meningkat 3,1 persen dari triwulan I-2017 sebesar Rp 165,8 triliun.
"Sebaran investasi di luar Jawa meningkat menjadi Rp 79,7 triliun atau setara 46,6 persen dari total investasi. Sedangkan di Pulau Jawa sebesar Rp 91,2 triliun atau 53,4 persen," ujarnya. (Baca: Pemerintah Dorong Korea Selatan Berinvestasi di Luar Jawa)
Capaian PMA di triwulan II mencapai Rp 109,9 triliun atau tumbuh 13,3 persen dibandingkan triwulan I-2017 sebesar Rp 97 triliun. Sementara, realisasi PMDN pada triwulan II-2017 sebesar Rp 61 triliun, turun 11,3 persen jika dibandingkan tiga bulan sebelumnya sebesar Rp 68,8 triliun.
"Realisasi investasi ini terdiri dari proyek baru sebanyak 80 persen dan perluasan 20 persen. Jadi memang banyak proyek baru masuk. Dengan melihat tren ini, diharapkan target bisa tercapai," ujar Lubis.