Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bakal menghadiri pertemuan musim semi (Spring Meeting) Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) 2017 di Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada 19-24 April mendatang. Dalam pertemuan tersebut, ia bakal turut mencari solusi atas berbagai masalah ekonomi yang dihadapi negara-negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market).
Sri Mulyani merinci, dalam Spring Meeting akan dibahas isu mengenai tantangan ekonomi di negara emerging market; ketidakpastian ekonomi global; peningkatan ketimpangan, termasuk nasib dari perekonomian Afrika yang masih sangat tertinggal. "Bank Dunia juga akan bahas bagaimana mereka gunakan resource-nya (sumber dayanya) untuk membantu negara berkembang dan miskin," kata dia dalam konferensi pers di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), Jakarta, Senin (17/4).
Di sela-sela Spring Meeting, juga akan ada pertemuan antara para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara yang tergabung dalam G20. Rencananya, pertemuan tersebut bakal membahas lagi komitmen negara anggota untuk menjaga kerja sama dagang dengan tidak menjalankan kebijakan yang proteksionis. Sebelumnya, Sri Mulyani sempat menagih komitmen tersebut dalam pertemuan G20 di Baden-Baden, Jerman, namun tidak direspons positif.
(Baca juga: Cegah Perang Dagang dan Mata Uang, Negara G20 Berunding Lagi)
Komitmen negara G20 penting karena hubungan perdagangan dan investasi antarnegara merupakan instrumen yang terbukti mampu memacu bangkitnya ekonomi dan pengurangan kemiskinan di berbagai negara, seperti Jepang, Korea Selatan, Cina, ASEAN dan India, serta negara-negara di kawasan Asia Selatan. Kebijakan proteksionis dikhawatirkan bisa menekan perekonomian di berbagai negara.
(Baca juga: Sri Mulyani: Proteksi Dagang Trump Bentuk Kemunduran Globalisasi)
Selain itu, Sri Mulyani bakal menghadiri agenda IMF Committe yang membahas mengenai perkembangan perekonomian terkini dan arah kebijakan negara G20. Dalam diskusi ini juga akan dibahas terkait progres reformasi struktural, fiskal, dan moneter di masing-masing negara. Menurut dia, pertemuan ini akan sangat menentukan pemulihan elonomi dunia secara berkelanjutan.
Agenda lain yang tak kalah penting yaitu The United States-Indonesia Society (USINDO), yang akan membahas tentang hubungan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Pada kesempatan itu, Sri Mulyani bakal memberikan pidato mengenai arah kebijakan dan perkembangan perekonomian Indonesia, termasuk menjelaskan prospek investasi di Indonesia.
"Orientasi pemerintah Indonesia ingin memperbaiki iklim investasi dan berbagai bidang yang sifatnya struktural, untuk menarik dana dalam dan luar negeri untuk memperbaiki kinerja ekonomi Indonesia," tutur dia. (Baca juga: Pemerintah Bidik 91,5 Persen Dana Investasi 2018 dari Luar APBN)
Di luar itu, Sri Mulyani juga dijadwalkan hadir dalam beberapa acara untuk membahas mengenai perubahan iklim dunia, menjaga anggaran, dan kebijakan infrastruktur. Kesempatan itu bakal dimanfaatkan Sri Mulyani untuk meminta tanggapan berbagai pihak mengenai peluang pembiayaan infrastruktur di Indonesia.
"Kunjungam ini sifatnya teknis bukan dalam rangka cari pendanaan, tetapi meminta tanggapan mengenai kesempatan dan tantangan pembiayaan infrastruktur di Indonesia," kata dia. (Baca juga: Belanja Infrastruktur Sokong Ekonomi ASEAN Menguat Lebih Cepat)