Sri Mulyani: Produktivitas SDM Rendah, Upahnya Kemahalan

Agung Samosir|KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
10/12/2016, 09.00 WIB

Perekonomian Indonesia rentan terhadap gejolak dan perlambatan ekonomi global. Demi mendukung ekonomi yang punya daya tahan kuat, dibutuhkan produktivitas dan daya saing. Persoalannya, produktivitas sumber daya manusia (SDM) masih rendah namun upahnya kemahalan.   

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, produktivitas dan daya saing merupakan dua faktor untuk menarik dan menumbuhkan investasi. Dengan begitu, dapat mengimbangi permintaan domestik.

Ia merinci, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah untuk mendorong investasi. Pertama, membuat instrumen fiskal yang kredibel. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang valid menjadi penting untuk membentuk permintaan domestik yang berorientasi pada tumbuhnya investasi.

 (Baca: Industri Tumbuh Pesat, Indonesia Kekurangan Teknisi Pesawat)

Seperti diketahui, medio tahun ini, Sri Mulyani telah memotong anggaran belanja ratuan triliun rupiah dan merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Tujuannya untuk mengimbangi seretnya penerimaan dan menekan defisit anggaran.

Kedua, upaya fiskal lainnya untuk mendorong investasi adalah memberikan insentif pajak. Insentif itu bisa berupa tax allowance maupun tax holiday.

Ketiga, mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk belanja produktif, yaitu infrastruktur dan program sosial. Pemerintah menganggarkan belanja untuk infrastruktur tahun ini sebesar Rp 317,1 triliun. Sedangkan anggaran untuk kesehatan dan pendidikan masing-masing Rp 106 triliun dan Rp 428 triliun.

Halaman: