Pada Kamis (3/11), bursa AS memang kembali terkoreksi. DJIA, S&P500, dan Nasdaq masing-masing ditutup negatif 0,16 persen, 0,44 persen, dan 0,92 persen. Begitupun dengan bursa Eropa yang tampak dari indeks FTSE di Inggris yang ditutup minus 0,80 persen. Dari Asia, indeks Hang Seng di Hong Kong tercatat turun 0,56 persen dan indeks SSE di Shanghai naik 0,84 persen.

Berbeda pandangan dengan analis lainnya, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai kekhawatiran terhadap aksi unjuk rasa sedikit banyak mempengaruhi pelemahan pada indeks lokal dan kurs rupiah. "Iya, kurang lebih karena kekhawatiran demo, indeks saham juga ditutup turun cukup besar kemarin," katanya.

Meski begitu, ia memperkirakan rupiah bakal bertahan di level 13.150 per dolar Amerika di akhir tahun. Ramalan itu dengan mempertimbangkan keputusan mendatang The Fed terkait suku bunga dananya (Fed Fund Rate). 

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berpendapat, rupiah tidak akan banyak terpengaruh oleh aksi unjuk rasa 4 November ini. Sebab, pelaku pasar lebih memperhatikan faktor eksternal, seperti kenaikan suku bunga dana dan pilpres di Amerika Serikat. Hal tersebut diperkuat dengan kurs rupiah yang cenderung menguat pada Kamis (3/11).

(Baca juga: Darmin: Unjuk Rasa Sehari Tak Akan Ganggu Ekonomi)

Seperti diketahui, kelompok masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) bakal menggelar aksi demonstrasi di Jakarta, Jumat siang (4/11). Aksi yang diklaim bakal diikuti puluhan ribu orang itu, menuntut proses hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap telah menistakan Agama Islam.

Halaman: