Bank Indonesia merevisi pertumbuhan ekonomi domestik tahun depan. Bank sentral itu memperkirakan ekonomi hanya tumbuh di kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen. Prediksi itu lebih rendah dibanding sebelumnya yang berkisar 5,2 sampai 5,6 persen.

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan penurunan asumsi itu dimotori oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang masih melambat. "Konsensus dari ekonom dunia menunjukkan memang pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah," kata Agus saat rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di Gedung DPR, Jakarta, Selasa malam, 30 Agustus 2016. (Baca: Anggaran Dipotong, BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi).

Juli lalu, International Monetary Fund (IMF) merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan turun 0,1 persen ke level 3,4 persen. Perbaikan tersebut menyusul hasil referendum rakyat Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit). Keputusan itu dianggap meningkatkan ketidakpastian ekonomi dan politik yang diprediksi berdampak negatif pada kondisi makroekonomi, utamanya di negara-negara ekonomi maju di Eropa.

Meski direvisi turun, prediksi BI masih sejalan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi domestik dalam nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang sebesar 5,3 persen. (Baca: Sri Mulyani Akui Pertumbuhan Ekonomi 2016 Sulit Capai 5,2 Persen).

Menurut Agus, secara umum kondisi ekonomi Indonesia tahun depan bakal relatif lebih baik dari tahun ini. Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2016 hanya 4,91 persen, meski membaik ke level 5,18 persen pada triwulan dua. 

Tahun depan, kata Agus, pertumbuhan akan ditopang oleh konsumsi masyarakat dan investasi. “Konsumsi masyarakat yang tetap kuat seiring dengan terjaganya daya beli masyarakat, membaiknya perlindungan sosial, serta peningkatan kelas menengah,” ucapnya.

Guna mendorong pertumbuhan ekonomi, Agus meminta pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur serta implementasi paket kebijakan yang telah dikeluarkan. "Lalu mengoptimalkan stimulus fiskal di tingkat pusat maupun daerah," kata dia. (Lihat pula: Menteri Bambang Gaet Investor Percepat Proyek Infrastruktur Prioritas).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun depan disumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen, belanja pemerintah 5,4 persen, investasi 6,4 persen, serta ekspor (1,1 persen) dikurang impor (2,2 persen). "Catatan mungkin untuk ekspor dan impor karena kondisi perdagangan dunia masih lemah," kata dia.