Ekonomi Global dan Investasi Asing Tantangan Laju Pertumbuhan

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
9/8/2016, 18.37 WIB

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro mengatakan ada sejumlah tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen. Jika dipilah, faktor utamanya berasal dari luar dan dalam negeri.

Menurut Bambang, ada dua faktor eksternal yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, perlambatan ekonomi global semakin mengerem pergerakan harga komoditas. Di sisi lain, saat ini pemerintah sulit mencari produk baru untuk menjadi andalan ekspor.

“Mau mendorong ekspor itu mustahil, agak sulit mendapat produk di luar komoditas yang jadi andalan,” kata Bambang saat Round Table Discussion bertajuk Perkembangan Ekonomi Terkini dan Outlook 2016, di kantornya, Jakarta, Selasa, 9 Agutus 2016. (Baca: Lampaui Perkiraan, BI: Ekonomi Belum Menguat Secara Struktural).

Kedua, pemerintah akan bersaing ketat dengan negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market) untuk menarik investasi asing langsung, Foreign Direct Investment (FDI). Saat ini, sumber perekonomian dunia terbatas sehingga banyak negara berlomba-lomba menarik investasi langsung.

Karena itu, menurut Bambang, sulit mendorong pertumbuhan investasi tinggi dalam jangka pendek. Karenanya, pemerintah harus memastikan Paket Kebijakan Ekonomi yang dirilis sejak September 2015 berdampak untuk mendorong investasi swasta. (Baca: Demi Memacu Investasi Swasta, BKPM Andalkan Pasokan Data BPS).

Dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sekarang semakin sulit menarik investasi karena sektor yang diminati makin terbatas. Dulu, mayoritas investasi masuk ke perkebunan dan pertambangan karena harga sawit dan batubara tinggi. Kini, harga kedua produk tersebut menurun. “Jadi, kami harus mati-matian mendorong investasi asing langsung masuk ke sektor tradisional” ujar Bambang.

Menteri Bambang Brodjonegoro
(ARIEF KAMALUDIN | KATADATA)

Dari dalam negeri, dia juga menyebutkan setidaknya ada dua tantangan yang dihadapi dalam memacu ekonomi. Pertama, penyerapan anggaran daerah rendah. Saat ini, anggaran daerah yang menganggur di perbankan mencapai Rp 213 triliun per Juni lalu. (Baca: Darmin Yakin Pertumbuhan Ekonomi 2016 Capai 5,2 Persen).

Berkaca pada pengalaman kuartal lalu, ketika dana keluar mencapai Rp 100 triliun selama sebulan, pertumbuhan ekonomi langsung tumbuh 5,18 persen pada triwulan kedua. Percepatan penyerapan anggaran daerah ini semestinya akan mendorong daya beli masyarakat.

Kedua, rencana pemangkasan anggaran sebesar Rp 133,8 triliun semestinya tidak menyentuh belanja produktif. Dia berharap pemotongan itu tidak menyerempet anggaran infrastruktur di daerah tujuan pariwisata. Juga, anggaran program yang bertujuan mendorong pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan, dan mengurangi pengangguran.

Pertimbangannya, selama dua bulan terakhir, pengeluaran pemerintah khususnya untuk infrastruktur menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Bambang pun menegaskan bahwa pencapaian 5,18 persen pada kuartal kedua didorong oleh. “Dengan tegas, itu karena pemerintah turun tangan. Kalau nggak sulit.”