Bank Dunia menggelontorkan sumbangan kepada Indonesia untuk memperkuat pengelolaan hutan tropis. Badan direksi lembaga keuangan global tersebut juga menyetujui hibah senilai US$ 22 juta atau Rp 300,1 miliar itu untuk menangani kemiskinan masyarakat yang bergantung pada hutan.
Dengan demikian, harapanya, mata pencaharian penduduk setempat teratasi seiring upaya menekan kerusakan lingkungan. Indonesia meperoleh bantuan ini sebagai negara dengan area hutan tropis terbesar ketiga di dunia. (Baca juga: Bank Dunia: Pertumbuhan Indonesia Tergantung Paket Ekonomi).
Dalam hibah ini, Badan Pembangunan Internasional Denmark (DANIDA) berkontribusi 40 juta kroner (US$ 5 juta) yang dibiayai oleh inisiatif global bernama Forest Investment Program (FIP), yatu Program Investasi Hutan. Hibah ditujukan untuk membantu Badan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
KPH merupakan program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Menurut Bank Dunia, program ini berpotensi memperkuat tata kelola hutan, memperbaiki penggunaan aset sumberdaya alam menuju pembangunan berkelanjutan, dan mengurangi kemiskinan di antara 32 juta rakyat Indonesia yang hidup di sekitar hutan.
Saat ini, KPH berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun, dalam kajian Bank Dunia, implementasinya terhambat oleh peraturan yang tumpang tindih, kapasitas terbatas di beberapa tingkat, kurangnya investasi dan pembiayaan, serta informasi yang tidak konsisten. (Baca pula: Bank Dunia: Manfaat Teknologi Digital di Indonesia Masih Timpang).
Karenanya, hibah tersebut diharapkan mendukung KPH dengan memperkuat keahlian pemerintah daerah dan organisasi masyarakat, pemegang izin pengelolaan hutan dan mempererat kemitraan di antara mereka. Juga, bertujuan mengatasi keterbatasan regulasi dan peraturan yang selama ini mempengaruhi kinerja badan tersebut.
“Masyarakat yang hidup dekat hutan sangat bergantung pada kawasan hutan untuk mata pencaharian dan mereka termasuk yang paling miskin di Indonesia,” kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakian Bank Dunia untuk Indonesia dalam keterangan resminya yang diterima Katadata, Sabtu, 28 Mei 2016.
Menurut Chaves, program investasi hutan menawarkan kesempatan untuk memperbaiki penghasilan penduduk setempat melalui pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. “Dukungan ini merupakan bukti nyata kami terhadap Indonesia terkait penguatan manajemen lanskap,” ujarnya. (Baca: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia).
Selain penguatan keahlian, program ini akan bekerja sama dengan 10 KPH yang diharapkan menerapkan pengelolaan hutan dan investasi yang berkelanjutan. Program ini juga akan mendukung pembentukan sistem informasi guna memfasilitasi para pemangku kepentingan untuk saling bertukar pikiran dan belajar dari keberhasilan mereka.
Sementara itu, Ekonom Senior Bank Dunia untuk Sumber Daya Alam, Diji Chandrasekharan Behr menyatakan implementasi program KPH yang efektif memerlukan sistem pembagian informasi yang kuat. Selain itu juga diperlukan informasi terkait penggunaan lahan dan luas lahan, perizinan, dan pendekatan untuk memperkuat tata kelola hutan.
“Proyek ini mendukung pembentukan sebuah platform untuk pertukaran pengetahuan di antara KPH, agar mereka dapat menindaklanjuti praktik terbaik di lapangan,“ kata Diji Chandrasekharan. (Lihat pula: Indonesia Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Asia)
Bank Dunia menyatakan proyek ini dipersiapkan dengan koordinasi yang baik antara dua proyek FIP lainnya yang didanai International Finance Corporation, Bank Pembangunan Asia, dan organisasi multilateral lainnya.