KATADATA - Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) terus mengecil hingga kuartal ketiga tahun ini. Namun, neraca pembayaran mencatatkan defisit yang semakin membengkak hingga 56 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Penyebabnya, investasi portofolio tergerus dalam seiring penjualan portofolio saham dan surat utang oleh investor asing.

Pada Jumat pekan lalu (13/11), Bank Indonesia (BI) mengumumkan sebuah kabar menggembirakan. Defisit transaksi berjalan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2015 tercatat sebesar US$ 4,01 miliar atau setara dengan 1,86 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pencapaian ini lebih baik dari defisit CAD pada periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 7,04 miliar atau 3,02 persen dari PDB. Begitu pula lebih baik dibandingkan defisit pada kuartal II-2015 yang sebesar US$ 4,25 miliar atau setara 1,95 persen PDB.

Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan mengatakan, membaiknya kinerja transaksi berjalan ditopang oleh neraca perdagangan nonmigas. Pasalnya, laju penurunan impor lebih cepat ketimbang penurunan ekspor nonmigas. Impor pada kuartal III-2015 turun 18,2 persen dari periode sama 2014 sedangkan ekspor pada rentang waktu yang sama melorot 11 persen. Adapun neraca perdagangan migas mencatat defisit yang relatif sama dengan kuartal sebelumnya yaitu US$ 2,13 miliar.

Namun, yang paling mencolok adalah penurunan kinerja transaksi investasi portofolio. Pada kuartal III-2015, investasi portofolio mencatatkan defisit US$ 2,21 miliar. Padahal, pada periode sama 2014 masih surplus US$ 7,4 miliar dan pada kuartal II tahun ini surplus US$ 5,68 miliar. Ini juga merupakan defisit investasi portofolio pertama sejak kuartal III tahun 2011 silam. “Defisit investasi portofolio terutama disebabkan oleh terjadinya net jual asing atas surat utang negara (SUN) dan saham domestik,” kata Junanto dalam siaran pers BI, Jumat lalu (13/11).

Berdasarkan data yang dihimpun Katadata, penjualan bersih saham oleh investor asing selama kuartal III-2015 sebesar Rp 16,94 triliun. Aksi jual saham tersebut sejalan dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG sepanjang kuartal III-2015 melorot 14 persen sedangkan selama tahun ini IHSG sudah terpangkas 10,7 persen. Pada perdagangan saham hari Senin ini (16/11), IHSG juga turun 1,06 persen.

Aksi jual investor asing juga terjadi di pasar SUN. Akibatnya, imbal hasil (yield) SUN sempat melambung hingga 10 persen pada akhir September lalu.

Bursa saham (KATADATA | Arief Kamaludin)

Defisit investasi portofolio tersebut menyebabkan surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal III-2015 hanya US$ 1,15 miliar, anjlok 100 persen dari kuartal sebelumnya yang surplus US$ 2,25 miliar. Bahkan, pada kuartal sama tahun lalu surplusnya mencapai US$ 14,73 miliar. Alhasil, minimnya surplus transaksi modal dan finansial itu tidak mampu membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran pada kuartal III-2015 menderita defisit sebesar US$ 4,6 miliar.

Angkanya membengkak 56 persen dari kuartal sebelumnya yang minus US$ 2,92 miliar. Ini merupakan defisit neraca pembayaran dalam dua kuartal terakhir secara berturut-turut sejak kuartal III tahun 2013 dan terendah sejak kuartal I-2013 yang sebesar US$ 6,6 miliar.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, BI dan pemerintah perlu terus bekerja sama untuk tetap memperhatikan kondisi pasar keuangan di tengah upaya mendongkrak investasi di sektor riil. Pasalnya, porsi investasi asing di pasar finansial domestik masih besar, yaitu 60 persen di pasar saham dan sekitar 37 persen di pasar SUN. "Kita masih tergantung dengan investor asing," katanya.

Sedangkan BI akan tetap mencermati risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja neraca pembayaran secara keseluruhan. Dalam jangka menengah-panjang, BI optimistis kinerja neraca pembayaran akan semakin sehat didukung kombinasi kebijakan moneter dan makroprudensial.

Reporter: Desy Setyowati, Yura Syahrul