Waspadai Utang Luar Negeri Swasta, Pemerintah Bisa Tiru Strategi Korsel

Arief Kamaludin|KATADATA
Guru Besar Cornell University dan Universitas Indonesia, Prof. Dr. Iwan Jaya Aziz
Penulis: Yura Syahrul
20/10/2015, 19.13 WIB

KATADATA - Pembengkakan utang luar negeri pemerintah dan swasta belakangan ini terus mengundang kekhawatiran berbagai pihak. Kalau tidak ditangani secara baik, kondisi tersebut dapat memicu krisis dan mengganggu perekonomian nasional.

Iwan Jaya Azis, Guru Besar Universitas Cornell Amerika Serikat (AS), meminta pemerintah memperhatikan utang luar negeri (ULN), khususnya utang luar negeri swasta. “Utang luar negeri swasta saat ini yang mencapai US$ 170 miliar sudah sangat mengkhawatirkan,” katanya dalam seminar bertajuk “Mendalami Krisis Global dan Kebijakan Ekonomi Nasional” di Jakarta, Selasa (20/10).

Ia pun membandingkan utang luar negeri swasta saat ini dengan bulan Juli 1997 sebelum Indonesia dilanda krisis ekonomi, yang masih di bawah US$ 60 miliar. Apalagi, mayoritas utang luar negeri swasta tersebut saat ini merupakan utang jangka pendek. Hal ini menyebabkan kebutuhan dolar AS sangat tinggi untuk membayar utang sehingga berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. "Itu yang harus kita khawatirkan," kata Iwan.

Berdasarkan laporan “Statistik Utang Luar Negeri Indonesia Oktober 2015” yang dipublikasikan, Senin (19/10), Bank Indonesia mencatat ULN sektor swasta per Agustus 2015 mencapai US$ 169,3 miliar atau 55,8 persen dari total ULN. Jumlahnya naik 7,5 persen dari Agustus 2014. Sedangkan porsi ULN jangka pendek swasta 93,7 persen dari total ULN jangka pendek atau senilai US$ 41,95 miliar. Nilainya bertambah 3,8 persen dari Agustus 2014.

(Baca: Kemampuan Bayar Utang Pemerintah dan Swasta Masih Lemah)

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait