KATADATA ? Gedung bertingkat di salah satu pojok Jalan Angkasa di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Utara, itu mulai berhias diri. Bangunan kusam milik Liem Sioe Liong yang dilalap api saat kerusuhan rasial pada Mei 1998 ini sejak dua pekan lalu tak lagi dibiarkan merana.
Menurut salah seorang sumber Katadata, rumah itu mulai dibersihkan dan diperbaiki menyusul pertemuan antara calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Anthony Salim, putra mahkota kerajaan bisnis Grup Salim yang didirikan oleh Soedono Salim alias Liem Sioe Liong, sekitar dua pekan lalu. ?Dengan pertemuan itu, keluarga Liem tampaknya memandang sudah saatnya tutup buku atas catatan kelam yang menimpa keluarganya,? kata si sumber.
Ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 yang diwarnai aksi SARA, rumah Liem termasuk yang menjadi sasaran amuk massa. Rumah ini dibakar dan barang-barang di dalamnya dijarah. Sejak peristiwa itulah, Liem dan keluarga sempat mengungsi ke Singapura. Sebagai pertanda sejarah kelam tersebut, keluarga Liem pun membiarkan rumah itu kosong dan tak pernah memperbaikinya. Liem wafat pada Juni 2012.
Hingga akhirnya terjadilah pertemuan Prabowo dan Anthony. Prabowo sengaja menemui Anthony untuk mengikis anggapan bahwa dirinya anti etnis Tionghoa dan berada di balik kerusuhan Mei 1998 yang diikuti keruntuhan Orde Baru. Ini hanya salah satu dari dua ?move? Prabowo lainnya, yaitu mendekati keluarga Soeryadjaya dan keluarga mahasiswa korban penembakan tragedi Trisakti.
?Anthony didekati, karena di masa Orba, Liem adalah taipan nomor wahid dan paling disegani oleh para pengusaha lainnya,? sumber tadi menjelaskan. ?Sedangkan William Soeryadjaya adalah sosok pengusaha nasional yang paling dihormati karena dinilai memiliki integritas yang tinggi.? (Baca: Membangkitkan Kenangan Lama)
Yanto, salah seorang penduduk yang sehari-hari beraktifitas di pintu kereta api sebelah rumah Liem, mengatakan ada sekitar lima orang yang terlihat sibuk memoles wajah kusam rumah itu dalam dua pekan terakhir. ?Bukan renovasi, sepertinya hanya bersih-bersih,? ujarnya. ?Kemarin rumput di dalam masih tinggi-tinggi, tukang-tukang (pekerja) itu yang membersihkannya.?
Memang tak jelas benar apa yang sesungguhnya sedang dilakukan di dalam sana. Rumah itu pun tampak sunyi tak bernyawa di balik pagar yang ditutupi seng. Namun, seperti diceritakan Yanto, ada aktivitas rupanya. Dari samping kanan rumah, terlihat beberapa pekerja sedang mengangkat semen ke lantai dua. Seorang sopir juga mengaku melihat sebuah truk menurunkan pasir di sana.
Memang tak ada renovasi berarti di rumah itu. Di bagian depan rumah masih terlihat bekas tembok yang terbakar. Namun, di bagian dalam, sebagian tembok terlihat sudah dicat warna putih.
Warso, yang mengaku sudah bekerja menjaga rumah tersebut setelah tragedi pembakaran dan penjarahan, mengatakan para pekerja memang hanya membenahi dan membersihkan rumah tersebut. ?Bukan renovasi. Ini hanya membersihkan, biar tidak terlihat seperti rumah hantu,? tuturnya. ?Kalau renovasi, pasti orangnya (yang bekerja) banyak dan sudah kelihatan rapi sekarang.?
Warso menambahkan, rumah tersebut memang sudah sering dibersihkan. Tapi, diakuinya bahwa selama ini hanya membersihkan rumput atau puing saja. ?Sekarang ini dibenahi sedikit, tapi bukan renovasi.?
Franciscus Welirang, menantu Liem, menyatakan pendapat senada bahwa yang dilakukan bukanlah renovasi. Ia juga menjelaskan bahwa rumah tersebut memang sengaja tidak diperbaiki.Sebab, rumah yang dulunya ditinggali Liem sesungguhnya berada di belakang rumah tersebut, yakni di Jalan Gunung Sahari VI Nomor 12. ?Perlu dicatat, rumah Om Liem di Gunung Sahari VI/12 , tidak pernah diganggu. Sampai sekarang masih utuh,? katanya kepada Katadata. Di kawasan tersebut, keluarga besar Salim memang memiliki 15 rumah dan hingga kini masih dihuni.
Ihwal pertemuan antara Anthony dan Prabowo, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyangkalnya. ?Tidak ada itu. Kalau Pak Prabowo menemui keluarga korban Trisakti dan Semanggi, iya,? katanya.
Franky?sapaan akrab Franciscus?juga mengaku tak mengetahuinya. Peristiwa pembakaran rumah mertuanya itu pun dianggap sebagai kecelakaan dan tidak terkait dengan Prabowo. Meski begitu, diakuinya, ?Prabowo dari dulu kenal baik dengan keluarga Salim.?
Kedekatan itu tak lepas dari hubungan erat antara keluarga Liem dan Presiden Soeharto di masa pemerintahan Orde Baru. Prabowo saat itu merupakan suami dari Siti Hediati Hariyadi, anak keempat Soeharto yang dikenal dengan panggilan Titiek Soeharto.
Menurut Franciscus, peristiwa pembakaran rumah mertuanya pada 1998, tidak menimbulkan trauma bagi keluarga Salim. Peristiwa itu pun bukan menjadi alasan kenapa rumah tersebut belum direnovasi sejak tragedi tersebut. ?Trauma tidak pernah. Kejadian 1998 atas rumah di Patrice Lumumba (sekarang jalan Angkasa), menurut kami kecelakaan saja,? ujarnya.