KATADATA ? Peta koalisi pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang di luar dugaan memunculkan kekhawatiran pelaku pasar. Persoalannya, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla yang diinginkan pelaku pasar mendapatkan dukungan partai politik yang lebih sedikit.
Pasar finansial Indonesia, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun nilai tukar rupiah, diprediksi masih akan mengalami gejolak.
?Dengan Dengan koalisi Gerindra yang lebih besar, rupiah akan lebih volatile dalam waktu dekat hingga jangka menengah," tulis Maybank dalam risetnya yang dirilis Rabu (21/5).
Maybank memandang hasil pemilihan umum (pemilu) Indonesia tak semulus harapan konsensus pelaku pasar. Dinamika setelah pemilu terbukti lebih dinamis dan bergejolak. Apalagi dengan bergabungnya Partai Golkar, yang menempati posisi kedua dalam pemilu legislatif, ke gerbong koalisi Partai Gerindra pada menit-menit terakhir.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran jika Jokowi berhasil memenangi pemilihan presiden tidak akan mampu mendorong reformasi serta memilih orang-orang yang mumpuni di dalam kabinetnya. "Skenario ini tampaknya tak mungkin untuk saat ini," kata Maybank. (Baca: Pemilu Usai, Rupiah Diprediksi Melemah)
Dengan pertimbangan tersebut Maybank memperkirakan rupiah pada kuartal II-2014 berada di kisaran Rp 11.500 per dolar Amerika Serikat (AS) atau sedikit lebih tinggi. Sedangkan untuk kuartal III di level Rp 11.650 per dolar AS, dan secara perlahan mengalami pelemahan hingga ke level Rp 11.800 per dolar AS.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi menjelaskan dengan koalisi yang gemuk di kubu Prabowo-Hatta, dikhawatirkan dapat menghambat program Jokowi-JK ketika ia memenangkan pemilu. Rupiah akan bergerak cukup volatile sambil menunggu perkembangan politik. "Pasar khawatir koalisi partai politik," tuturnya kepada Katadata.
Menurutnya rupiah pada semester II bisa melemah di level Rp 11.700 per dolar AS. Namun di akhir tahun cenderung menguat hingga bisa mencapai Rp 10.900 per AS karena pasar sudah menerima hasil keputusan hasil pemilu. Wajar jika terjadi fluktuasi karena sentimen politik. Namun secara fundamental, data ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan.
"Mau tidak mau siapapun presidennya, nantinya pasar akan menerima kenyataan," tuturnya. (Baca: Pelaku Pasar Ketar-Ketir Hadapi Pilpres)
Rupiah di pasar spot hari ini diperdagangkan di kisaran 11.511 atau melemah 21 poin dibanding penutupan sebelumnya 11.490. Dalam tiga hari semenjak pengumuman capres-cawapres pada 19 Mei 2014, rupiah melemah 0,8 poin atau paling lemah se-Asia. Dalam sepekan ini rupiah juga pelemahannya paling tinggi di Asia yaitu -0,56 persen.