Pasar Khawatir Jokowi Kalah dalam Pilpres

KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis:
Editor: Arsip
20/5/2014, 10.10 WIB

KATADATA ? Investor di pasar saham menilai peta persaingan dua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) semakin ketat. Ini dikhawatirkan hasil pemilihan presiden (pilpres) yang akan digelar pada 9 Juli nanti tidak sesuai dengan ekspektasi.  

Persepsi ini yang mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) melorot dalam perdagangan Selasa (20/5). Dalam penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, IHSG tercatat turun 2,37 persen atau 119,04 poin ke posisi 4.895,96 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di level 5.015 poin.  

Raymond Budiman, analis Panin Sekuritas, mengatakan tadinya pasar sangat mengharapkan Joko Widodo (Jokowi) yang dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dapat menang mudah dalam pilpres. Namun setelah melihat deklarasi kedua pasangan capres dan cawapres kemarin, Jokowi tampaknya perlu bekerja lebih keras untuk memenangkan pemilihan.  

?Sekarang kelihatannya Gerindra yang lebih kuat. Ini tidak sesuai harapan,? kata Raymond saat dihubungi Katadata, Selasa (20/5).  

Seperti diberitakan, Partai Gerindra bersama partai koalisinya mengusung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam pilpres. Masuknya Partai Golkar, sebagai partai pemenang kedua dalam pemilihan legislatif, dalam gerbong koalisi ini dinilai telah menambah kekuatan bagi pasangan Prabowo-Hatta. ?Intinya jadi sama-sama kuat. Apalagi setelah Golkar bergabung,? tuturnya. (Baca: Pasar Nilai Persaingan Capres Makin Ketat)  

Pasangan Prabowo-Hatta diusung oleh koalisi yang terdiri enam partai, yang dalam pemilu memperoleh 48,93 persen suara. Sementara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla didukung oleh empat partai politik lainnya memiliki 39,97 persen suara dalam pemilu.  

Menurut Raymond, pasar cenderung menyukai Jokowi lantaran menilai sosok Gubernur DKI Jakarta itu sebagai orang yang jujur dan berintegritas. Dari sisi bisnis pun dia tidak memiliki utang. ?Figur Jokowi sesuai ekspektasi,? kata dia.

Seperti diketahui, saat PDI-P mengumumkan Jokowi sebagai capres pada 14 Maret lalu, IHSG langsung melonjak hingga 3,23 persen dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.  (Baca: Jokowi Resmi Jadi Capres, IHSG Langsung Melejit)  

Meski begitu, dia menilai penurunan indeks dalam dua hari terakhir hanya bersifat jangka pendek. Pasar akan realistis dalam menyikapi hasil pilpres nanti. ?Ini hanya sentimen jangka pendek, karena dalam jangka panjang, bisnis tetap akan jalan,? ujarnya.  

Sementara Stephan Hasjim, analis Indo Premier Securities, menilai pasangan Jokowi-Jusuf Kalla memberikan sentimen positif bagi pasar finansial Indonesia. Menurutnya, kebijakan ekonomi keduanya akan lebih ramah terhadap pasar ketimbang kebijakan yang diusung Prabowo.  

Sebagai cawapres, Kalla dinilai memiliki mandat yang kuat serta rekam jejaknya sebagai mantan wakil presiden, politisi, dan pengusaha akan melengkapi kekurangan Jokowi dalam iklim politik dan birokrasi nasional. ?Kalla dapat memberikan stabilitas politik bagi pemerintahan Jokowi, terutama dengan pengaruhnya sebagai mantan Ketua Partai Golkar,? kata dia dalam risetnya.    

Stephan menilai, meski jumlah suara partai koalisi Jokowi lebih rendah, namun mantan Walikota Solo itu masih menjadi kandidat yang paling populer. Apalagi dengan mengusung Jusuf Kalla sebagai cawapres, diperkirakan dapat meningkatkan keterpilihan Jokowi.  

Dia memprediksi pasar saham Indonesia pada 2014 akan menguat, seiring dengan membaiknya neraca transaksi berjalan, potensi kenaikan dari hasil pilpres, serta proyeksi meningkatnya pertumbuhan pendapatan.

Reporter: Aria W. Yudhistira