Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada triwulan I 2020 naik 8% secara tahunan, dari Rp 195,1 triliun menjadi Rp 210,7 triliun. Rinciannya, terdiri dari investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang turun dan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang naik.
Realisasi PMA turun 9,2% dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp 107,9 triliun menjadi Rp 98 triliun. Sementara, realisasi PMDN triwulan I 2020 sebesar Rp 112,7 triliun, naik 29,3% secara tahunan.
"Realisasi PMA memiliki proporsi 46,5% sedangkan PMDN 53,5%," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia melalui konferensi video, Senin (20/4).
(Baca: Kepala BKPM Prediksi Investasi Tiongkok Turun Terdampak Virus Corona)
Realisasi PMA tersebut baru mencapai 28,2% dari target 2020 sebesar Rp 348 triliun. Adapun secara keseluruhan, pemerintah menargetkan investasi pada tahun ini sebesar Rp 817,2 triliun.
Dengan menurunnya investasi asing, proporsi investasi domestik kini mendominasi total investasi di triwulan I 2020. Pada triwulan I 2019, investasi asing memiliki porsi sebesar 55,3%, sementara PMDN sebesar 44,7% dari total investasi yang masuk.
Sementara pada triwulan I 2020, andil investasi PMA menyusut menjadi 46,5% diikuti dengan meningkatnya kontribusi PMDN menjadi 53,5% dari total investasi.
Adapun investasi PMA yang masuk di triwulan I ini, sebagian besar berada pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, yaitu US$ 1,5 miliar dengan total 323 proyek. Kemudian, investor asing juga menanamkan modalnya pada sektor listrik, gas, dan air sebesar US$ 868,6 juta dnegan 220 proyek. Lalu, sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi US$ 806 juta sebanyak 346 proyek.
(Baca: BKPM Ungkap 8 Masalah Investasi di Papua Barat)
Selanjutnya, sejumlah PMA juga masuk pada sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar US$ 602,9 juta dengan total 490 proyek. Industri kimia dan farmasi sebesar US$ 569,4 juta dengan jumlah 508 proyek.
Sedangkan PMDN, jumlah investasi terbesar masuk ke sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp 37,64 triliun dengan total 671 proyek.
Selanjutnya, sektor konstruksi nilai investasi tercatat Rp 14,1 triliun dengan 802 proyek dan sektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan sebesar Rp 10,3 triliun dengan 843 proyek.
Selain itu, jumlah PMDN terbanyak berikutnya pada sektor industri makanan sebesar Rp 7,8 triliun dengan jumlah 1.129 proyek.
Realisasi Investasi Masih Didominasi di Jawa
Berdasarkan wilayah, BKPM juga mencatat realisasi PMA dan PMDN mayoritas juga masih didominasi di pulau Jawa. Bila dirinci, sebaran investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp 102,4 triliun atau 48,6% dibandingkan di Pulau Jawa sebesar Rp 108,3 triliun atau 51,4%.
Adapun, lima besar provinsi yang memiliki realisasi terbesar adalah Jawa Timur Rp 31,4 triliun atau 14,9%, kemudian disusul Jawa Barat Rp 29,9 triliun atau 14,2%, DKI Jakarta Rp 20,1 triliun atau 9,6%, Jawa Tengah Rp 19,3 triliun atau 9,1%, dan Riau Rp 12,8 triliun atau 6%.
(Baca: Bahlil Lahadalia: Memacu Investasi Dalam Ketidakpastian Ekonomi Global)
Meski investasi masih dominan di Jawa, Bahlil menilai perkembangan investasi PMA di luar Pulau Jawa sudah terlihat ada kemajuan.
"Ini terlihat Maluku Utara menempati posisi ketiga terbesar dengan nilai US$ 8 juta dan disusul Kepulauan Riau dan Sulawesi Tenggara," ujar dia.