Prediksi Pemulihan Ekonomi Pasca-Corona, dari Kurva V sampai Logo Nike

ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/aww/cf
Ilustrasi warga beraktivitas saat pandemi. Para ekonom memprediksi pemulihan ekonomi pasca-corona akan berbentuk kurva U, V, L, W, Logo Nike, sampai huruf ba' dalam bahasa Arab.
15/5/2020, 21.08 WIB

Ekonomi global saat ini sedang tersuruk akibat pandemi virus corona. Seluruh sektor mengalami kontraksi. Penyebab utamanya adalah pembatasan pergerakan manusia di seluruh negara untuk memutus penyebaran virus covid-19. Dana moneter dunia (IMF) pada April lalu menyebutnya lebih buruk dari great depression atau depresi besar yang terjadi pada 1930.

IMF juga telah mengeluarkan peringatan resesi akan berjalan sampai 2021. Lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang masa krisis terkontraksi 3%. Sementara pengangguran di Amerika Serikat (AS) diprediksi meningkat 10,4% pada tahun ini dan 9,1% pada tahun depan.

Kendati demikian, IMF memprediksi ekonomi global akan pulih pada 2021 dengan pertumbuhan mencapai 5,8%. Catatannya adalah pandemi mereda pada paruh kedua tahun ini atau sekitar bulan Juni. Bila tak mereda, maka pemulihan ekonomi menjadi semakin tak pasti.

Perihal pemulihan ekonomi pasca krisis, para ekonom terlibat perdebatan bentuk kurvanya. Ada yang memprediksi ekonomi akan pulih dalam bentuk kurva menyerupai huruf V, U, L, dan W. Begitu juga ada yang memprediksi menyerupai logo Nike dan huruf ba’ dalam bahasa Arab.

Lantas, apa makna sebenarnya atas bentuk-bentuk kurva tersebut?

Kurva V atau V-Shape

Pemulihan ekonomi dalam kurva V, menurut Investopedia, adalah resesi terjadi sangat dalam tapi cepat kembali seperti semula dan menguat. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan signifikan dalam aktivitas ekonomi dikarenakan peningkatan permintaan dan konsumsi.

Contoh dari pemulihan bentuk ini yang pernah terjadi adalah pada resesi ekonomi AS pada 1953. Resesi ini terjadi akibat kesalahan Federal Reserve mengantisipasi inflasi dengan menaikkan suku bunga yang justru membenamkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal ketiga 1953.

Namun, pada kuartal keempat 1954 pertumbuhan melenting melebihi kondisi sebelum resesi. Maka, grafik kurva menunjukkan seperti huruf V.    

Dalam konteks resesi akibat pandemi saat ini, salah satu yang memprediksi pemulihan dalam bentuk ini adalah Larry Hu, analis dari Macrique Group. Asumsinya adalah virus corona mulai mereda di Eropa dan AS pada April atau Mei dan membuat kebijakan pembatasan sosial dilonggarkan. Dengan begitu kegiatan ekonomi bisa bergerak kembali.

Dari catatan kami, negara Eropa seperti Jerman dan Denmark serta beberapa negara bagian di AS memang telah melonggarkan pembatasan sosial untuk pergerakan ekonomi mulai bulan ini.

(Baca: OJK Sebut Program Penyangga Likuiditas Tak Akan Rugikan Bank)

Di sisi lain, kata Larry seperti dilansir Bloomberg, pergerakan kembali perekonomian tersebut ditopang dengan banyaknya stimulus pemerintah telah mampu meredam gelombang pengangguran dan kebangkrutan usaha. Ekonomi pun akan kembali seperti sebelum krisis pada 2021.

Data Bloomberg pada indeks manufaktur Tiongkok pada Maret memberikan sinyal positif ekonomi akan pulih dalam kurva V. Ekspansi manufaktur dan pesanan eksport baru meningkat pesat pada 31 Maret atau setelah negeri tirai bambu menyalakan kembali mesin produksinya.

Kurva U atau U-Shape

Kurva U menunjukkan grafik pemulihan ekonomi yang berjalan lambat, meskipun akhirnya melenting seperti sebelum krisis terjadi. Hal ini biasanya ditandai penurunan tajam lapangan kerja, PDB, dan hasil industri akibat krisis. Lalu berangsur pulih dalam waktu 1-2 tahun.

Melansir Investopedia, Kepala Ekonomi IMF Simon Jhonson medeskripsikan kurva U seperti bathtub. “Kamu masuk ke dalam bak mandi, lalu berdiam di situ. Sisi bak licin dan mungkin ada pegangan, tapi kamu lebih memilih berdiam di situ dalam waktu lama,” kata Simon pada 2009 untuk mendeskripsikan pemulihan atas krisi yang terjadi saat itu.

Kajian Morgan Stanley adalah yang meramal pemulihan ekonomi setelah pandemi corona dalam bentuk kurva U. Khususnya di wilayah Asia ex Jepang (AxJ). Asumsinya, tekanan dari sisi suplai dan permintaan yang terjadi di Tiongkok berlangsung sepanjang kuartal pertama tahun ini. Sementara negara AxJ sisanya akan terus melambat hingga akhir kuartal kedua tahun ini karena pelemahan agregat permintaan secara global.

Hal itu disebabkan masa pandemi yang belum dapat dipastikan akhirnya. Sehingga pelonggaran pembatasan pergerakan belum mungkin dilakukan banyak negara. Permintaan dan pergerakan suplai global pun masih terbatas.

Analisis Bloomberg menyatakan, kemungkinan kurva U terjadi terlihat dari banyaknya pabrik dan tempat kerja yang belum mulai beroperasi lagi saat ini. Akan butuh beberapa waktu untuk kembali bergerak karena sebagian masih harus berkutat dengan pembayaran utang selama krisis.

(Baca: Nouriel Roubini Ramal 10 Kondisi Suram Greater Depression Pasca-Corona)

Kurva L atau L-Shape

Bentuk ini, melansir Investopedia, adalah ketika ekonomi jatuh dalam krisis dan pemulihannya lambat bahkan tak bisa melenting seperti semula. Sehingga dalam grafik akan membentuk seperti huruf L.  Biasanya dipengaruhi oleh pengangguran yang terus menerus dan permintaan yang tak kunjung pulih.

Nouriel Roubini adalah ekonom yang memprediksi pemulihan dalam bentuk ini dalam satu dekade ke depan. Ia bahkan memprediksi tejadi greater depression. Sebab, kondisi saat ini mengarah kepada arus pasok global yang negatif, lantaran dipengaruhi banyak negara berlaku egois dengan mengetatkan tarif, melakukan proteksi, dan memprioritaskan produknya untuk kebutuhan dalam negeri.

Selain itu, kata Roubini, pengangguran akan bertahan lebih lama. Karena banyak orang yang kini kehilangan pekerjaan tak akan langsung kembali bekerja setelah pandemi. Konsumsi pun akan terbatas pada kebutuhan esensial saja, seperti makanan dan kesehatan.

Ekonom yang kerap dijuluki Dr. Doom ini pun meramal akan terjadi stagflasi, yakni “kombinasi dari stagnasi ekonomi, resei, dan inflasi yang tinggi.”

(Baca: Grant Thornton: Perusahaan Tak Bisa Sembarangan Potong Gaji Karyawan

Kurva W atau W-Shape

Kurva W, melansir Investopedia, didapat dari gafik yang menunjukkan resesi dalam ekonomi lalu pulih dengan cepat seperti semula, tapi kemudian tersuruk lagi dan bangkit lagi. Kerap juga disebut sebagai double dip recession karena ekonomi tersuruk dua kali sebelum pemulihan terjadi secara utuh.

Mengenai kondisi saat ini, kemungkinan pemulihan dalam kurva W dipengaruhi gelombang kedua virus corona. Seperti halnya pendapat akademik dari Imperial College London yang mengatakan pelonggaran pembatasan saat ini oleh beberapa negara masih sangat prematur. Sehingga berpeluang virus corona kembali menyerang dan pembatasan sosial dilakukan lagi dengan ketat dan ekonomi terhenti untuk kali kedua.     

Dalam konteks ekonomi ini akan menyebabkan krisis berulang,” kata Keith Wade, Direktur Ekonomi Schorder Investment Management Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

(Baca: UMKM Terimbas Corona, Menteri Teten Pilih Beri Bansos Ketimbang Kredit)

Kurva Logo Nike

Kurva bentuk ini terjadi ketika grafik menunjukkan pertumbuhan ekonomi dengan perlahan, tapi tak bisa kembali seperti sebelum masa krisis. Sehingga terbentuk menyerupai logo Nike. Di era pandemi ini, asumsinya karena bisnis sudah mulai dibuka dan perlahan bisa berlanjut.

 “Penurunan tajam akan diikuti oleh kenaikan yang sedikit lebih datar yang pada akhirnya melampaui tingkat PDB pra-corona,” kata Holger Schmieding dan Kallum Pickering, dua ekonom dari Bank Berenberg dalam laporan mereka yang dikutip Bloomberg.

Mereka pun memprediksi pertumbuhan PDB akan melampaui level di akhir 2019 dalam dua tahun setelah pandemi.

(Baca: THR: Dilema dan Polemik di Pusaran Pandemi Corona)

Kurva Huruf Ba’ dalam Bahasa Arab

Kurva dalam bentuk ini tergolong prediksi pemulihan yang baru. Ini dikemukakan oleh Kelompok Analis Robeco Insttitutional Asset Management, salah satunya James Stuttard. Ia menyatakan kurva pemulihan dalam bentuk V dan W dengan lentingan tajam pertumbuhan pasca krisis lebih berlaku untuk memperkirakan pemulihan ekonomi atas resesi di era 1945-2007. Kini bisa lebih dekat ke kurva L.

Namun, kata Stuttard, dalam sepuluh tahun ke belakang pertumbuhan ekonomi lebih rendah, demografi semakin menua, dan tingkat utang tinggi, lebih cenderung membetuk grafik horizontal memanjang menyerupai huruf ba’ dalam bahasa Arab ketimbang padanan huruf latin lain, termasuk L.  

(Baca: Jalan Terang Startup Kesehatan Menuju Unicorn di Tengah Pandemi