Nilai tukar rupiah pada pasar spot Jumat (5/6) siang menyentuh level Rp 13.885 per dolar Amerika Serikat (AS), atau menguat 1,49%. Rupiah terus perkasa seiring optimisme pasar terhadap perekonomian Tanah Air.
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia memang menguat pada siang ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,02%, dolar Singapura menguat 0,34%, dolar Taiwan naik 0,39%, dan won Korea Selatan naik 0,74%.
Selain itu, peso Filipina naik 0,44%, rupee India menguat 0,22%, yuan Tiongkok ikut menguat 0,2%, ringgit Malaysia naik 0,34%, dan baht Thailand terkerek 0,26%. Adapun dolar Hong Kong belum menunjukkan pergerakan hingga saat ini.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan mata uang Garuda pada level Rp 14.100 per dolar AS. Nilai tersebut naik 65 poin dari level kemarin.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menilai optimisme pasar terhadap ekonomi Indonesia sangatlah besar. Optimisme pasar tersebut didorong rencana pelonggaran karantina di luar dan dalam negeri.
Bahkan, kata dia, sentimen tersebut bisa menyebabkan aliran modal asing masuk ke bursa saham. "Mendorong aliran modal masuk ke portofolio dan memperkuat rupiah," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Jumat (5/6).
(Baca: Rupiah Menguat ke 14.075/US$ Jelang Rilis Data Tenaga Kerja AS)
(Baca: Data Ekonomi AS Membaik, Rupiah Stagnan di Level Rp 14.095 per US$)
Selain sentimen pelonggaran lockdown, Kepala Riset dan Edukasi Monex Invstindo Futures Ariston Tjendra menyebut sentimen penguatan lainnya datang dari rencana stimulus baru dari beberapa negara seperti AS, Jepang dan Zona Europa yang akan membantu pemulihan ekonomi ke depan.
"AS masih dalam diskusi untuk menggelontorkan stimulus fiskal baru," kata Tjendra kepada Katadata.co.id ketika dihubungi secara terpisah.
Sedangkan Bank Sentral Eropa akan menyediakan dana lebih dari 1 miliar Euro untuk program pembelian obligasi. Tak hanya itu, Bank sentral Jepang juga berencana melipatgandakan bantuan ke sektor UKM.
Meski demikian, Tjendra mengatakan pasar juga menantikan data tenaga kerja AS-Non Farm Payrolls. Menurut ia, pasar sedang mengevaluasi data-data ekonomi yang memburuk.
"Salah satunya, data tenaga kerja yang masih menunjukkan peningkatan pengangguran," ujarnya.
(Baca: Dibuka Melemah, Rupiah Diramal Menguat Imbas Harapan Pemulihan Ekonomi)