Nilai tukar rupiah pada pasar spot pagi ini, Jumat (19/6) dibuka menguat 0,1% ke level Rp 14.062 per dolar Amerika Serikat. Namun, bergerak melemah mendekati posisi Rp 14.100 per dolar AS hingga pukul 09.30 WIB.
Mayoritas mata uang Asia juga menguat pagi ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,05%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Taiwan 0,01%, rupee India dan yuan Tiongkok 0,02%, dan baht Thailand 0,09%.
Namun, dolar Singapura melemah 0,01%, won Korea Selatan 0,31%, peso Filipina 0,02%, dan ringgit Malaysia 0,15%.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, pergerakan rupiah masih sangat rentan terhadap faktor eksternal. "Masih ada tarik menarik di global antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis," ujar Tendra kepada Katadata.co.id, Jumat (19/6).
(Baca: Harga Emas Dunia Menanjak, Logam Mulia Antam Turun Rp 5.000 per Gram)
Pembukaan ekonomi kembali di tengah pandemi memberikan sentimen positif ke pasar, termasuk kebijakan new normal di Indonesia. Namun di sisi lain, pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran Covid-19 dan gelombang kedua yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi.
"Ketegangan geopolitik regional di Asia antara dua Korea serta Tiongkok dan India, juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS," kata dia.
Selain itu, pergerakan rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh kebijakan yang dikeluarkan BI kemarin. Bank Sentral memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong pemulihan ekonomi di era pandemi corona atau Covid-19.
(Baca: Dorong Pemulihan Ekonomi, BI Turunkan Bunga Acuan Jadi 4,25%)
Selain suku bunga acuan, bank sentral juga menurunkan suku bunga fasilitas simpanan alias deposito facility sebesar 25 bps menjadi 3,5% dan bunga pinjaman atau lending facility 25 bps menjadi 5%
Meski pagi ini bergerak melemah, Tjendra pun memperkirakan rupiah bergerak di antara Rp 14 ribu hingga 14.100 per dolar AS dan ditutup menguat tipis.