Kunci Hadapi Resesi Ekonomi RI: Berhemat dan Pilih Aset Aman

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Ilustrasi, suasana deretan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2019). Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menganjurkan masyarakat berhemat ketika resesi ekonomi.
27/9/2020, 18.55 WIB

Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 lebih buruk dari perkiraan awal. Indonesia pun kemungkinan bakal memasuki resesi ekonomi.

Ekonomi suatu negara disebut mengalami resesi jika pertumbuhannya negatif atau kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia tumbuh minus 5,32%. Adapun, pada kuartal III, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi masih tumbuh negatif hingga 2,9%.

Artinya, resesi ekonomi sudah menimpa Indonesia. Dalam menghadapi resesi, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan masyarakat harus berhemat.

Salah satu caranya dengan menunda pembelian barang-barang sekunder, tersier, termasuk barang yang terkait gaya hidup. "Fokus saja pada kebutuhan makanan dan kesehatan. Itu yang utama di saat resesi ekonomi berbarengan dengan krisis kesehatan," kata Bhima kepada Katadata.co.id pada Minggu (27/9).

Menurut dia, penghematan yang dilakukan masyarakat memang akan berdampak pada tingkat konsumsi rumah tangga. Pasalnya, masyarakat hanya akan membeli kebutuhan dasar seperti makan dan miuman.

Sedangkan pengeluaran untuk produk-produk sekunder atau tersier seperti tas bermerek, pakaian mahal, atau barang-barang berharga akan dihemat. Namun, penghematan harus dilakukan dalam menghadapi resesi di tengah pandemi.

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana