Pemerintah menilai kondisi ekonomi Indonesia sudah melewati fase terburuk akibat pandemi Covid-19 pada kuartal kedua lalu. Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi pemulihan ekonomi akan berjalan pada kuartal kedua 2021.
"Ini diharapkan menyumbang pertumbuhan ekonomi pada tahun depan mencapai 5%," ujar Sri Mulyani dalam Webinar Kondisi Sektor Keuangan Terkini dan Prospek 2021, Selasa (10/11).
Mobilitas masyarakat yang sudah mulai meningkat pada kuartal ketiga diharapkan terus terjaga. Keyakinan untuk beraktivitas merupakan elemen yang penting untuk mendorong roda perekonomian.
"Ini hanya dapat diperoleh jika kita menerapkan disiplin kesehatan ketika beraktivitas. Kalau kita melakukan disiplin kesehatan, kita bisa mencegah penyebaran Covid-19 sehingga ekonomi dapat mulai pulih," kata dia.
Disiplin kesehatan dilakukan dengan menerapkan gerakan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. Gerakan ini menjadi upaya pencegahan paling ampuh sebelum vaksin tersedia.
Aktivitas manufaktur di berbagai negara, termasuk Indonesia juga membaik. Namun, perbaikan masih dalam fase awal sehingga perlu dijaga. Kondisi ini juga dialami oleh berbagai negara.
"Untuk tahun 2021, kami akan tetap fokus menangani pemulihan ekonomi sambil melihat fundamental kita," katanya.
APBN pada tahun depan mencari keseimbangan. Di satu sisi, pemerintah akan tetap menjaga sektor kesehatan untuk penanganan Covid-19 dan pengangguran vaksin. Namun di sisi lain, pemerintah akan berupaya membenahi masalah fundamental ekonomi yang selama ini menghambat pertumbuhan.
"Pendidikan masih akan mendapat alokasi terbesar 20% sebesar Rp 550,01 triliun, kesehatan mencapai Rp 168,71 triliun, dan perlindungan sosial mencapai Rp 421,71 triliun," ujarnya.
Sri Mulyani menjelaskan, anggaran perlindungan sosial masih cukup besar karena tekanan pada kelompok terdampak pandemi Covid-19 pada semester I 2020 diperkirakan masih sangat besar. "Ini juga untuk mendorong permintaan konsumsi," katanya.
Laporan Office of Chief Economist Group Bank Mandiri sebelumnya juga memprediksi ekonomi Indonesia kemungkinan baru akan membaik ke level pra-Covid di kuartal kedua 2021. Proyeksinya, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,15% pada periode tersebut.
Ekonom Chatib Basri memperkirakan ekonomi kembali normal pada 2022 mendatang. "Kalau saya bikin hitungan soal vaksin dan lainnya, ekonomi baru akan normal pada 2022. Saat itu, kita baru bisa bicara ekspansi, investasi dan lain-lain," ujar Chatib Basri dalam diskusi virtual potensi investai di era pandemi yang diselenggarakan Katadata.co.id, kemarin (9/11).
Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhono iniProtokol kesehatan memiliki implikasi besar pada dunia usaha. Ia mencontohkan sejumlah bisnis yang harus membatasi kapasitas seperti angkutan udara yang hanya diperbolehkan mengangkut 70% kapasitas dan restoran yang hanya melayani 50%. Padahal, biaya operasional seperti listrik dan gaji karyawan tetap harus dibayar penuh. "Dengan kapasitas yang dibatasi, sulit untuk dunia usaha mencapai BEP (pendapatan minimal seimbang dengan modal)," katanya.
Oleh karena itu, ia memperkirakan perekonomian pada tahun depan paling optimistis berjalan 70% hingga 80%. Dengan target pemerintah dalam APBN 2021 sebesar 5%, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 3,5% hingga 4%. "Belanja pemerintah tahun depan masih sangat pentig karena swasta belum sepenuhnya bisa berjalan," katanya.