Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Senin (16/11) dibuka menguat 0,28% ke level Rp 14.130 per dolar AS. Rupiah perkasa usai ditekennya perjanjian dagang multilateral antara 15 negara Asia Pasifik atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) hingga pengakuat Presiden Donald Trump atas kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus menguat dari posisi pembukaan ke Rp 14. 120 per dolar AS. Mayoritas mata uang Asia turut menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,11%, dolar Singapura 0,16%, won Korea Selatan 0,71%, peso Filipina 0,13%, rupee India 0,06%, yuan Tiongkok 0,34%, ringgit Malaysia 0,12%, dan baht Thailand 0,04%. Sementara itu, dolar Hong Kong dan dolar Taiwan stagnan.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sentimen positif kelihatannya membayangi pergerakan aset berisiko di Asia, termasuk nilai tukar. "Sentimen positif datang dari ditandatanganinya perjanjian dagang multilateral antara 15 negara Asia Pasifik termasuk Indonesia," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (16/11).
Salah satu keuntungan RCEP adalah penurunan hingga peniadaan tarif perdagangan antar negara. Perjanjian multilateral ini diyakini bisa meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap rantai pasok perdagangan global.
Pemerintah berharap RCEP dapat trut berdampak pada peningkatan investasi hingga penciptaan lapangan kerja dan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) RI hingga 0,05% pada 2021-2032.
Ariston menilai sentimen positif juga datang dari pengakuan kemenangan Joe Biden secara tersirat oleh Donald Trump. Ini paling tidak memberikan harapan politik AS akan lebih stabil pasca pemilu dan Negeri Paman Sam segera fokus kembali ke soal ekonomi. Dengan demikian, rupiah juga berpotensi menguat dengan sentimen tersebut.
Selan itu, ada pula data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis. "Data tersebut mungkin akan memberikan sentimen positif ke rupiah karena kemungkinan hasil yang surplus," ujar dia. Potensi pergerakan mata uang Garuda hari ini akan berada di level Rp 14.050-14.200 per dolar AS.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan bulan Oktober surplus US$ 2,55 miliar dari bulan sebelumnya yang tercatat surplus US$ 2,44 miliar. "Peningkatan surplus perdagangan dipengaruhi oleh laju tahunan impor yang terkontraksi lebih dalam dibandingkan laju tahunan ekspor.," kata Josua kepada Katadata.co.id.
Dolar AS cenderung bergerak menguat terbatas seiring dengan berbagai sentimen yang bergantian mendominasi pasar belakangan ini. Sentimen tersebut yakni perkembangan vaksin menunjukan progress yang positif hingga kenaikan kasus Covid-19 di berbagai negara.
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS bahkan melemah 0,16% ke level 92,61. Oleh karena itu, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.100-14.250 per dolar AS.