Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada November 2020 mencapai 0,28% secara bulanan, meningkat dibandingkan Oktober yang hanya mencapai 0,04%. Kenaikan inflasi terutama disumbang oleh kelompok harga bahan pangan, seperti daging ayam, telur ayam, dan cabai.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik Setianto menjelaskan, inflasi tahun kalender atau sepanjang Januari-November mencapai 1,23%, sedangkan inflasi tahunan pada bulan lalu tercatat sebesar 1,59%. Inflasi terjadi pada 83 kota yang disurvei BPS, sedangkan tujuh kota masih mengalami deflasi.
"Inflasi terutama terjadi karena kenaikan harga bahan makanan dan miniuman dengan andil 0,22%. Kenaikan terjadi pada harga daging ayam yang memberikan andil inflasi 0,08%, telur ayam ras, dan cabai," ujar Setianto dalam konferensi pers Pengumuman Inflasi November, Selasa (1/12).
Setianto menjelaskan, sejumlah bahan pangan juga masih menyumbangkan deflasi, seperti beras dan daging sapi yang memberikan andil deflasi 0,01%. Selain harga pangan, emas juga memberikan andil deflasi sebesar 0,02%.
Setianto mencatat, kelompok transportasi juga mengalami inflasi 0,3% dengan andil sebesar 0,04%. Kemudian, kelompok pakaian dan alas kaki,kesehatan, pendidikan, dan penyediaan makanan dan minuman juga memberikan andil inflasi masing-masing 0,01%.
"Pada kelompok transportasi, kenaikan harga terutama terjadi pada tarif pesawat," katanya.
Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 0,04% dengan andil 0,01%. Lalu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi 0,23% dengan andil 0,01%.
"Untuk kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, deflasi terutama karena penurunan harga emas. Sedangkan pada kelompok perumahan, air, dan listrik terjadi karena penurunan tarif listrik untuk pelanggan prabayar," katanya.
Adapun berdasarkan komponen utama, inflasi terutama disumbang oleh harga yang bergejolak sebesar 1,31% dengan andil 0,21%, harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,16% dengan andil 0,03% dan kelompok inti mencatat inflasi sebesar 0,06% dengan andil 0,04%.
"Inflasi inti sudah mulai menunjukkan tren kenaikan setelah tren penurunan sejak bukan Agustus hingga Oktober," ujarnya.
Capaian inflasi pada November lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia maupun ekonom. BI memproyeksi inflasi pada bulan lalu 0,25% secara bulanan ditopang oleh harga pangan.
Ekonom Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI, Eric Sugandi mengatakan kenaikan inflasi dipengaruhi oleh mulai membaiknya daya beli masyarakat seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi selama periode Adaptasi Kebiasaan Baru dan bantuan sosial. Faktor musiman berkait dengan persiapan Natal dan tahun baru juga ikut berpengaruh pada inflasi di bulan November 2020, terutama di minggu akhir meski tidak sebesar pengaruh faktor ini Desember.
Eric sebelumnya memproyeksi inflasi sebesar 0,23% secara bulanan. "Kami memperkirakan inflasi akhir tahun 2020 berada di angka 1,2% secara tahunan dan berpotensi lebih tinggi mencapai 1,3%," kata Eric dalam risetnya.