Peluang Ekonomi Kembali Tumbuh Kuartal I Meski Corona Masih Tinggi
- Ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07% pada tahun lalu.
- Data-data perekonomian membaik pada awal tahun ini.
- Pemerintah optimistis perekonomian pada kuartal I 2021 kembali positif.
Ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir tahun lalu masih negatif 0,47% dibandingkan kuartal III 2020 atau 2,19% dibandingkan periode sama tahun lalu. Namun, kontraksi secara tahunan mulai menyusut dibandingkan kuartal III 2020 3,49%. Pemerintah optimistis ekonomi pada kaurtal pertama tahun ini akan kembali positif meski kasus Covid-19 masih tinggi.
Menteri Koordinator Airlangga Hartarto masih menargetkan pertumbuhan ekonomi 4,5% hingga 5,5% tercapai. Ia memperkirakan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 1,6% hingga 2,1%.
"Pekerjaan rumah pemerintah antara lain adalah mendorong agar konsumsi rumah tangga dapat tumbuh positif pada kuartal pertama tahun ini 1,3% hingga 1,8%, konsumsi pemerintah dan investasi dapat tumbuh 3% hingga 4%, serta mendorong ekspor dan impor," ujar Airlangga dalam konferensi pers, Jumat (5/2)
Sejumlah data perekonomian , menurut Airlangga, menunjukkan perbaikan. Purchasing Managers Index Januari naik menjadi 52,2%, tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Indeks Kepercayaan Konsumen pada Desember juga sudah berada di level 96 atau mendekati optimistis, sedangkan neraca perdagangan tahun lalu positif US$ 21,74 miliar.
"Kami harapkan kondisi yang membaik ini berlanjut di awal tahun ini," katanya.
Airlangga mengatakan ada tiga strategi yang akan diterapkan pemerintah untuk memastikan perbaikan ekonomi berlanjut dan target pertumbuhan ekonomi tercapai. Petama, mempertahankan daya beli masyarakat menengah ke bawah dengan melanjutkan program perlindungan sosial, seperti program keluarga harapan, kartu prakerja, dan berbagai program perlindungan sosial lainnya.
"Di saat yang sama, pemerintah berupaya menjaga keberlanjutan dunia usaha dengan dukungan kepada UMKM dan korporasi," kata dia.
Kedua, pemerintah akan mendorong keyakinan konsumen menengah atas untuk berbelanja. Ini akan dilakukan dengan percepatan penanganan covid-19 agar masyarakat pada seluruh tingkatan dapat kembali beraktivitas. "Kami akan mempercepat vaksinasi untuk mencapai herd imunity.. Pemerintah juga akan mendorong ketersediaan alat kesehatan hingga APD," katanya.
Ketiga, pemerintah juga akan mendorong implementasi UU Cipta Kerja dan operasional Lembaga Pengelola Investasi. "Kedua adalah game changer untuk mendorong ekonomi dalam jangka menengah dan panjang," katanya.
Masih Penuh Tantangan
Ekonom BCA David Sumual pesimistis perekonomian dapat kembali positif pada kuartal pertama tahun ini. Hal ini terutama karena pada kuartal I 2020, ekonomi Indonesia belum terpapar Pandemi Covid-19.
"Kuartal I 2020 itu pandemi masih berpusat di Tiongkok. Sedangkan saat ini, ada pembatasan kegiatan masyarakat sehingga aktivitas ekonomi terhambat," kata David kepada Katadata.co.id.
Pemerintah juga saat ini tengah nempertimbangkan untuk lebih memperketat pembatasan pada daerah-daerah dengan tingkat kasus Covid-19 yang tinggi. Hal ini, menurut David, akan berpengaruh pada pergerakan masyarat dan aktivitas ekonomi.
"Kelihatannya ekonomi pada kuartal pertama masih akan negatif, tetapi akan kembali positif pada kuartal kedua 2021," ujar David.
Ia memperkirakan perekonomian pada tahun ini tumbuh 3% hingga 4% jika vaksinasi berjalan lancar. Perekonomian, menurut David, dapat pulih dengan cepat jika pandemi Covid-19 dapat dikendalikan.
Langkah yang dapat dilakukan pemerintah, menurut dia, adalah menjaga daya beli masyarakat kelompok bawah dengan program perlindungan sosial. Selain itu, percepatan vaksinasi juga perlu dilakukan untuk mempercepat kepercayaan masyarakat kelompok atas.
"Pemerintah juga harus mewaspadai jika terjadi lonjakan permintaan barang dan jasa," katanya.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan beberapa indikator perekonomian terkini menunjukkan perbankan, seperti angka PMI dan neraca perdagangan. Namun, perbaikan ekonomi akan bergantung pada kelancaran program vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan.
"Tantangan tahun ini tidak mudah karena ada pandemi Covid-19. Beberapa indikator terbaru mengalami perbaikan, tetapi kelancaran vaksinasi dan protokol kesehatan menjadi kunci perbaikan ekonomi," kata Suhariyanto.
Ekonomi, menurut dia, juga mulai membaik pada kuartal IV 2020 meski secara keseluruhan masih terkontraksi 0,42% secara kuartalan atau 2,19% secara tahunan.
Sebagian besar sektor usaha mulai tumbuh positif dibandingkan kuartal III 2020. Usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tumbuh 8,95% , penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 5,8%, sedangkan jasa kesehatan dan kegiatan sosial naik 5,78%.
Namun, masih terdapat tiga sektor yang terkontraksi. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terkontraksi 20,15%, perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor terkontraksi 0,87% dan industri pengolahan minus 0,38 %.
"Kontraksi pada sektor pertanian, karena faktor musiman yakni masa panen raya yang sudah berakhir pada awal tahun," katanya.
Berdasarkan sektor pengeluarannya, konsumsi pemerintah tumbuh paling tinggi pada kuartal IV mencapai 27,15% dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara itu, investasi/pembentukan model tetap bruto tumbuh 4,19%, konsumsi rumah tangga 0,49%, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga 0,22%, ekspor 2,41%, dan impor 16,28%.