Bank Indonesia menyebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini terlalu murah atau berada di bawah fundamentalnya. Rupiah berpotensi menguat ditopang oleh tingkat inflasi yang masih rendah.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan rupiah masih berpotensi menguat lantaran nilainya saat ini masih berada di bawah fundamental. "Rendahnya inflasi di suatu negara seharusnya bisa menjadi fenomena pendorong nilai tukar," kata Dody dalam Webinar "Economic Policy in Dealing with COVID-19 Pandemic and Proper Exit Policy", Selasa (6/4).
Berdasarkan data BI, nilai tukar rupiah pada 17 Maret 2021 melemah 2,2% secara rerata dan 1,16% secara point to point dibandingkan dengan level Februari 2021. Pelemahan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil atau yield surat utang AS dan penguatan mata uang Negeri Paman Sam yang sempat menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
Dengan perkembangan itu, rupiah sampai dengan 17 Maret 2021 mencatat depresiasi sekitar 2,62% dibandingkan dengan level akhir 2020. Namun, depresiasi tersebut relatif lebih rendah dari sejumlah negara emerging lain seperti Brazil, Meksiko, Korea Selatan, dan Thailand.
Mengutip Bloomberg, rupiah pada perdagangan hari ini ditutup di level Rp 14.505 per dolar AS. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang dipublikasikan pukul 10.00 WIB menempatkan rupiah di level Rp 14.519 per dolar AS.
Adapun Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi Maret 2021 hanya 0,08% secara bulanan, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yakni 0,1%. Inflasi secara tahun kalender atau Januari-Maret 2021 tercatat 0,44%, sedangkan secara tahunan inflasi tercatat 1,37%.
Selain itu, Dody menilai bahwa nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring optimisme perbaikan ekonomi pada tahun ini. "Kami meyakini pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dari kontraksi 2,07% pada 2020 menjadi 4,3-5,3%, titik tengahnya 4,8%," ujar dia.
Ia mengatakan ekonomi akan membaik pada semester kedua tahun ini. Ekonomi pada kuartal kedua bahkan diramal mulai tumbuh positif.
Di sisi lain, ia menuturkan bahwa penting menarik dana asing masuk ke Tanah Air. Dengan derasnya modal asing yang masuk, nilai tukar rupiah akan menguat.
Berdasarkan data setelment BI, aliran modal asing bersih yang masuk ke pasar domestik tercatat Rp 9,32 triliun per 25 Maret. Dana tersebut masuk melalui pasar saham maupun surat berharga negara (SBN).
Dody berharap dana asing yang masuk bisa berbentuk penanaman modal asing (PMA) ketimbang pembelian SBN. Namun dalam kondisi saat ini, menurut dia. dibutuhkan dana cepat yang masuk di investasi ke portofolio.
Adapun ia menegaskan, bank sentral akan terus melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah melalui strategi triple intervention (spot, DNDF, dan pembelian SBN). Dengan demikian, rupiah bisa semakin menguat ke arah fundamentalnya.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri TBK Rully Arya Wisnubroto mengatakan, tekanan terhadap rupiah mulai berkurang hari ini. "Hal tersebut sejalan dengan pergerakan dolar AS yang melemah terhadap beberapa mata uang lainnya," kata Rully kepada Katadata.co.id, Selasa (6/4).
Rully mengatakan, dolar AS sempat diperdagangkan di atas 93 pada pekan lalu. Namun saat ini, indeks dolar AS berada di level 92.63. Menurut dia, pelemahan dolar AS cenderung dipengaruhi oleh faktor teknikal. "Sudah sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun, sehingga pasar mulai jenuh," ujar dia.