EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Lebaran Tahun Ini Masih Pandemi, BI Siapkan Uang Tunai Rp 152 Triliun

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi. BI menyebut 90,07% kebutuhan uang tunai selama Ramadan dan Idul Fitri akan dipenuhi dalam pecahan besar, sedangkan sisanya dalam bentuk uang pecahan kecil.
14/4/2021, 13.11 WIB

Bank Indonesia menyiapkan uang tunai sebesar Rp 152,14 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Lebaran. Penyediaan uang tunai ini naik 39,33% dari realisasi tahun lalu yang hanya mencapai Rp 109,2 triliun.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan, uang tunai tersebut terdiri dari 90,07% uang pecahan besar yakni Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu yang setara dengan Rp 137 triliun. Sisanya, yakni 9,93% atau Rp 15,2 triliun berupa uang pecahan kecil Rp 20 ribu ke bawah. "Ini merupakan karakteristik pengeluaran uang kartal selama lebaran," kata Marlison dalam Media Briefing Kesiapan Sistem Pembayaran pada Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1442H, Rabu (14/4).

Meski penyediaan uang tunai meningkat dibandingkan tahun lalu, Marlison mengatakan angka tersebut masih di bawah kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri pada periode normal. Realisasi penyediaan uang tunai pada periode Ramadan dan Lebaran 2019 mencapai Rp 192 triliun, Rp 191,3 triliun pada 2018, dan Rp 163,2 triliun pada 2017.

Menurut Marlison, kenaikan proyeksi kebutuhan uang tunai pada lebaran tahun ini dibandingkan tahun lalu dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, semakin membaiknya kondisi ekonomi domestik dengan memperhitungkan asumsi makroekonomi.

Kedua, kebijakan pemerintah, khususnya terkait percepatan bansos tunai menjelang Idul Fitri. Ketiga, vaksinasi yang mulai meningkatkan mobilitas masyarakat. "Tentunya kami juga memperhatikan kebijakan pemerintah tentang larangan mudik lebaran," ujar dia.

Berdasarkan wilayahnya, menurut dia, Pulau Jawa memiliki kebutuhan tertinggi uang kartal yakni Rp 59,4 triliun atau 65% dari kebutuhan nasional. Khusus wilayah abodetabek bahkan memiliki porsi 27% dari kebutuhan nasional atau Rp 39,99 triliun. "Ini menggambarkan kebutuhan uang kartal selama periode :ebaran terpusat di Jabodetabek," katanya.

Ia juga mencatat, kebutuhan uang tunai di Sumatera Rp 25,95 triliun, Sulawesi, Maluku, dan Papua Rp 10,85 triliun, Kalimantan Rp 10,39 triliun, serta Bali dan Nusa Tenggara Rp 5,58 triliun.

Jika diperinci berdasarkan provinsinya, kebutuhan tertinggi uang tunai berada di Jawa Barat Rp 12,21 triliun. Sedangkan, kebutuhan terendah yakni Papua Barat Rp 320 miliar.

Periode Idul Fitri, menurut dia, merupakan waktu dengan perputaran uang tunai tertinggi sepanjang tahun. Rata-rata perputaran uang tunai pada periode tersebut mencapai 30% dari perputaran uang dalam setahun. 

Pembayaran digital yang semakin meningkat juga turut mempengaruhi kebutuhan uang tunai. Berdasarkan survei, sistem contactless payment seperti dompet digital menjadi prioritas masyarakat dalam bertransaksi, khususnya yang berada di perkotaan.

Survei yang dilakukan Inventure dan Alvara menunjukkan, 63,5% dari 629 responden mengatakan setuju pembayaran cashless, cardless dan contactless menjadi prioritas ketika bertransaksi selama pandemi.  Sedangkan, 36,5% mengatakan tidak setuju.

Kecenderungan konsumen memilih contact less payment atau transaksi digital didorong kekhawatiran uang tunai bisa menjadi sumber penularan virus corona, bahkan setelah kandidat vaksin ditemukan. Sehingga, pembayaran akan menjadi cara baru saat bertransaksi di era post-Covid-19.

"Pada 2021, adopsi konsumen terhadap digital payment akan mengalami fase kritikal dimana cara transaksi baru ini bakal mainstream di area urban," kata Managing Partner Inventure, Yuswohady lewat risetnya pada akhir tahun lalu.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada awal tahun ini bahkan sempat mengimbau masyarakat mengirim angpao lewat tranfer elektronik atau ojek online guna merayakan Imlek. Selain itu, pertunjukan barongsai tahun ini bisa disaksikan secara virtual.  Budi berharap perayaan Imlek dengan cara baru tanpa kehilangan maknanya sebagai tahun, harapan, dan keberuntungan yang baru.

Ia juga meyakini perayaan Imlek tahun ini tetap meriah meski dalam suasana berbeda. "Saya rasa tetap bisa kita lakukan namun tetap dengan protokol kesehatan," ujar Budi dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Kamis (4/2).

Reporter: Agatha Olivia Victoria