Bank Indonesia mencatat, aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 3,88 triliun dalam satu pekan ini. Modal asing yang masuk mendorong penguatan rupiah selama sepekan.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, modal asing masuk di pasar surat berharga negara (SBN) senilai Rp 4,68 triliun. "Namun ada dana asing keluar dari pasar saham Rp 800 miliar," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (23/4).
Adapun sepanjang tahun ini hingga 22 April 2021, masih tercatat aliran modal keluar atau nett outflow Rp 6,82 triliun. Bank sentral turut mencatat, imbal hasil atau yield SBN Indonesia tenor 10 tahun naik dari 6,4% menjadi 6,41% pada pagi hari ini.
Yield obligasi AS turun ke level 1,538%, sedangkan premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia lima tahun naik dari 78,37 basis poin per 16 April 2021 menjadi 78,90 bps per 22 April 2021.
Aliran modal asing yang deras tersebut menopang penguatan rupiah pada pekan ini. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 0,27% dalam satu pekan ini dan ditutup pada level Rp 14.525 per dolar AS.
Rupiah cenderung menguat karena adanya perbaikan berbagai negara maju dan kebijakan BI yang mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5%. Kendati demikian, rupiah sempat melemah karena kekhawatiran peningkatan Covid-19 di dunia.
Konflik beberapa negara seperti AS-Rusia atau Rusia-Ukraina turut membuat kurs Garuda sempat loyo pada pekan ini.
Pada hari terakhir minggu ini, rupiah dibuka melemah ke level Rp 14.525 per dolar AS hingga sesi penutupan. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah hari ini karena adanya penguatan dolar AS.
"Terkurung dalam kisaran perdagangan yang sempit karena investor menunggu pertemuan Bank Sentral AS, The Fed pada pekan depan," ujar Ibrahim dalam hasil risetnya, Jumat (23/4).
Sebelumnya, bank sentral memperkirakan aliran modal asing kembali masuk ke dalam negeri pada kuartal II 2021. Ramalan tersebut seiring kepastian terkait imbal hasil obligasi dan arah kebijakan bank sentral AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, imbal hasil surat utang Negeri Paman Sam sudah mulai stabil di level 1,6%, setelah sempat naik ke kisaran 1,8%. "Itu memang sempat membuat peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global," kata Perry dalam Konferensi Pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur April 2021 dengan Cakupan , Selasa (20/4).
Kenaikan yield tersebut, sambung ia, disebabkan oleh besarnya stimulus yang diguyurkan Presiden AS Joe Biden yakni US$ 1,9 triliun dalam menghadapi pandemi. Dengan demikian, pelaku pasar khawatir Fed akan melakukan tapering pada tahun ini untuk menanggapi kemungkinan tingginya inflasi akibat stimulus jumbo itu.
Kendati demikian, Perry menjelaskan bahwa Fed telah menegaskan kebijakan tapering paling cepat dilakukan pada tahun 2022. "Karena memang inflasi akan menurun meski pada April dan Mei tahun ini bisa lebih tinggi dari 2% karena stimulus itu," ujar dia.
Di sisi lain, menurut dia, tapering belum akan dilakukan The Fed karena tingkat pengangguran masih ada di kisaran 6%, lebih tinggi dari pengangguran jangka panjang 3,6%. Dengan seluruh kepastian dari Negeri Paman Sam tersebut, aliran modal asing pun mulai masuk ke Indonesia pada awal kuartal II tahun ini.