Holding Ultra Mikro akan Bisa Dongkrak Ekonomi Setelah Pandemi

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Kementerian BUMN.
11/5/2021, 10.44 WIB

Pemerintah akan membentuk holding ultra mikro yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani. Namun, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dinilai tak akan serta-merta terlihat dalam jangka pendek.

Holding ultra mikro tersebut bertujuan memperkuat bisnis UMi dan UMKM. Sebagaimana diketahui, UMKM menyumbang sekitar 60% perekonomian Indonesia sebelum pandemi.

Akademisi Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati mengatakan, pertumbuhan ekonomi saat ini sangat bergantung pada sektor kesehatan. Jika penanganan pandemi di bidang tersebut bisa terselesaikan, bukan tidak mungkin holding ultra mikro akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, angka Covid-19 masih tinggi dan menyebabkan pembatasan. "Dengan adanya pembatasan ini, masyarakat tidak bepergian sehingga tidak bisa membeli dagangan usaha mikro," ujar Nina dalam Webinar Urgensi Membangun Ekosistem Ultra Mikro, Senin (10/5).

Maka dari itu, ekosistem apapun yang dibangun pemerintah, menurut dia, belum akan berdampak besar jika tidak ada permintaan masyarakat kepada UMi atau UMKM. Kendati demikian, dia menyarankan agar aturan holding mikro bisa segera dikeluarkan dan diimplementasikan secepat mungkin agar segera ada perubahan yang signifikan di lingkunfan UMi dan UMKM.

Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance Eko Listiyanto berpendapat bahwa pemulihan baik dari UMKM maupun perusahaan menunggu kabar positif dari sisi kesehatan. "Asumsinya kesehatan sudah baik dan vaksin selesai pada triwulan I tahun depan, ekosistem ultra mikro ini upaya yang cukup baik menjadi pembeda di sektor UMKM dan UMi dibandingkan sebelumnya," kata Eko dalam kesempatan yang sama.

Pada 2018, dukungan kredit untuk UMKM di Indonesia masih sangat rendah yakni 19,68%. Eko menyebutkan angka tersebut termasuk yang terendah di Asia namun terdapat potensi perbaikan jika nantinya akan ada ekosistem ultra mikro.

Berdasarkan bahan paparannya, dukungan kredit UMKM di Thailand mencapai 50,47%, Korea Selatan 61,2%, Malaysia 50,6%, dan Tiongkok 64,96%. "Jadi memang harus ada upaya terobosan di Tanah Air supaya tidak semakin tertinggal," ujarnya.

Meski begitu, Eko menyarankan pemerintah tetap memberikan pendampingan kepada UMi dan UMKM saat pembentukan ekosistem ultra mikro. Ini karena masih banyaknya pelaku UMKM yang belum teredukasi maupun melek secara digital.

Dia pun menilai bahwa dukungan pengembangan ekosistem ultra mikro sangat diperlukan agar usaha UMi dan UMKM dapat berkembang dan naik kelas. Ekosistem tersebut diharapkan dapat mendorong pembiayaan yang lebih efisien dengan bunga rendah serta mendapat akses keuangan mikro yang tinggi hingga ke daerah. Sebagai informasi, bunga kredit untuk UMKM di Tanah Air cenderung lebih tinggi dari kredit korporasi.

Menurut Eko, pemulihan ekonomi nasional akan sangat ditentukan oleh pulihnya usaha di level UMKM. "Oleh karena itu upaya untuk mengakselerasi dukungan pembiayaan di sektor ini sangat diperlukan," kata dia.

Infografik_Holding ultra mikro bumn tolong usaha kecil (Katadata)
Reporter: Agatha Olivia Victoria