Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor sepeda melonjak dua kali lipat pada April 2021 dibandingkan April 2020 mencapai US$ 11,39 juta atau setara Rp 164,62 miliar. Mayoritas sepeda dan komponennya diimpor dari Tiongkok.
Berdasarkan data BPS yang diterima Katadata.co.id, nilai impor sepeda dan komponennya tersebut melonjak dibandingkan April 2020 yang mencapai US$ 5,65 juta maupun Maret 2020 yang mencapai US$ 8 juta. Tiongkok menjadi negara pengimpor sepeda terbesar mencapai US$ 10,63 juta dengan berat 3,35 juta kilogram. Angka tersebut naik dari periode sama tahun sebelumnya yakni US$ 5,34 juta dan US$ 6 juta pada bulan sebelumnya.
Amerika Serikat menyusul Negeri Panda dengan nilai impor sepeda US$ 416.635, lalu Taiwan US$ 188.780, Inggris US$ 99.580, dan Singapura US$ 5.079. Kemudian, Spanyol US$ 39.959, Australia US$ 3.851, Belanda US$ 2.762, dan negara lainnya US$ 2.000.
Untuk impor bagian sepeda, nilainya pada April 2021 tercatat lebih besar yakni US$ 41,108 pada April 2021, melonjak dari US$ 19,99 juta pada April 2020 dan US$ 39,64 juta pada Maret 2021. Berat dari impor bagian sepeda pada bulan lalu tercatat 7,58 juta kilogram.
Tiongkok juga merupakan negara utama pengimpor bagian sepeda dengan nilai yang cukup besar yaitu US$ 18,26 juta atau naik dari US$ 10,57 juta pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan US$ 17,41 juta pada bulan sebelumnya. Berat bagian sepeda yang diimpor dari negeri tersebut tercatat 5,66 juta.
Berbeda dengan sepeda, urutan nomor dua pengimpor terbanyak bagian sepeda adalah Singapura yakni US$ 12,31 juta. Taiwan menyusul sebesar US$ 5,37 juta, lalu Jepang US$ 2,78 juta, Malaysia US$ 741.188, Vietnam US$ 750.854, Italia US$ 385.364, AS US$ 157.638, dan negara lainnya US$ 352.383.
Secara kumulatif (Januari-April), nilai impor sepeda juga naik dari US$ 23,06 juta pada 2020 menjadi US$ 33,36 juta pada 2021. Impor bagian sepeda juga naik dari US$ 73,5 juta menjadi US$ 185,97 juta.
Tren gowes diprediksi tetap booming pada tahun 2021 seiring perubahan gaya hidup masyarakat selama pandemi corona. Produsen sepeda Element memperkirakan permintaan sepeda bisa tumbuh mencapai 30-40% pada 2021.
Meski begitu, pertumbuhan permintaan tersebut melandai dibandingkan 2019 dan 2020 yang bisa mencapai hingga 200%. Ini dikarenakan kepemilikan sepeda di masyarakat mulai meningkat.
CEO PT Roda Maju Bahagia (RMB) Hendra mengatakan, secara keseluruhan pertumbuhan industri sepeda masih cukup baik tahun depan. "Sepeda di 2021 over all masih okelah, cuma memang tak setinggi 2020," ujarnya dalam webinar Indonesia Industry Outlook 2021: The Bicycle Boom: Big Opportunity, Big Profit, akhir tahun lalu.
Dari sisi regulasi, industri dalam negeri menurutnya didukung oleh aturan pembatasan impor sepeda melalui Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020. Sementara di daerah, mulai banyak fasilitas khusus jalur pesepeda seperti di Jakarta dan Semarang. Bahkan, untuk sepeda lipat diperbolehkan masuk ke dalam kereta dan moda raya terpadu (MRT). Sepeda kini dinilai mengalami perluasan fungsi sebagai alat transportasi, terlebih di masa pandemi.
Ketika banyak orang takut menggunakan kendaraan umum, alat ini diandalkan untuk mendukung kegiatan mobilitas, seperti untuk bekerja atau bike to work. Tak hanya itu, sepeda juga dianggap sebagai barang koleksi. Sehingga konsumen biasanya menginginkan model serta karakteristik yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut, menurut Hendra, bisa menciptakan peluang permintaan baru.
Di sisi lain, penjualan sepeda motor pada April 2021 justru menurun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.