Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,07% ke level Rp 14.263 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Rupiah tertekan perbaikan pasar tenaga kerja AS awal bulan ini yang memicu kembali kuatnya wacana tapering off akhir tahun ini.
Mengutip Bloomberg, kurs garuda terpantau berbalik menguat ke level Rp 14.230 per dolar AS pada pukul 09.45 WIB. Ini lebih baik dari posisi penutupan kemarin di level Rp 14.253 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya kompak menguat. Dolar Taiwan dan won Korea Selatan menguat 0,05%, dolar Hong Kong 0,03%, dolar Singapura 0,10%, peso Filipina 0,16%, rupee India dan yuan Tiongkok 0,14%, ringgit Malaysia 0,07% dan bath Thailand 0,05%. Sementara yen Jepang melemah 0,04%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah hari ini masih akan tertekan ke level Rp 14.280 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 14.230. Penguatan dolar AS di tengah rilis data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang kembali ke level terendah.
"Ini menunjukkan perbaikan situasi tenaga kerja AS yang membuka kemungkinan the Fed menjalankan tapering di akhir tahun," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (10/9).
Departemen Ketenagakerjaan melaporkan jumlah klaim tunjangan pengangguran mingguan pekan pertama September yang berakhir Sabtu (4/9) sebanyak 310 ribu klaim. Ini merupakan rekor terendah sejak awal pandemi dan melampaui ekspektasi ekonom 350 ribu klaim.
Jumlah pengajuan klaim tunjangan pengangguran baru juga turun menjadi 310 ribu klaim. Kemudian untuk klaim lanjutan, tercatat sebanyak 2,78 juta yang berarti juga terjadi penurunan sebanyak 22 ribu dari laporan minggu terakhir bulan lalu.
Kekhawatiran telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah Departemen Ketenagakerjaan pekan lalu melaporkan penambahan jumlah tenaga kerja baru di sektor nonpertanian hanya naik 235 ribu orang sepanjang Agustus 2021. Ini jatuh dari capain lebih dari 1 juta tenaga kerja baru pada bulan Juli dan kurang dari sepertiga harapan ekonom sebagaimana survei Reuters ekspektasinya bisa mencapai 750 ribu.
Laporan pasar tenaga kerja menjadi salah satu data penting yang dipertimbangkan Fed sebelum menarik gas untuk tapering off alias pengetatan stimulus. Meski penambahan tenaga kerja anjlok bulan lalu, sejumlah pejabat Fed regional kembali memberi sinyal bahwa tapering harusnya tetap dilakukan akhir tahun ini.
Sementara dari dalam negeri, Ariston menyebut sentimen pelemahan dipengaruhi juga dipengaruhi terus naiknya yield untuk obligasi pemerintah. "kenaikan yield SUN belakangan ini bisa menunjukkan banyak pelaku pasar melepas kepemilikan SUN," kata Ariston.
Mengutip data ibpa, yield Surat Berharga Negara (SBN) pagi ini mengalami kenaikan untuk semua tenor. Yield tenor 5 tahun terpantau naik 36 basis poin (bps) menjadi 5,2355%. Sementara SBN tenor 10 tahun yang menjadi acuan pemerintah juga naik 104 bps menjadi 6,3237%. Sementara tenor 20 tahun dan 30 tahun melemah, masing-masing menjadi 7,0536% dan 7,0864%.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga meramal rupiah akan melemah hari ini. Dia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 14.222 hingga Rp 14.273 per dolar AS. Kekhawatiran pasar terhadap lonjakan Covid-19 global masih membayangi pergerakan rupiah hari ini.
"Faktor pemicunya masih didominasi oleh faktor global, terkait dengan masih tingginya sentimen risk off akibat peningkatan penyebaran kasus varian delta yang dikhawatirkan berdampak kepada pemulihan ekonomi di banyak negara," kata Rully kepada Katadata.co.id
Mengutip Worldometer, jumlah kasus positif harian global pada Selasa (7/9) sebanyak 608.22, kembali naik setelah terpantau ada tren penurunan sejak awal bulan. Sebagian besar kasus tersebut masih datang dari lonjakan di Amerika Serikat. Pada periode yang sama, AS mencatat penambahan melaporkan 157.827 kasus baru, padahal sehari sebelumnya sempat turun ke 115.776 kasus baru harian.