IMF Yakin Cina Mampu Cegah Masalah Evergrande Jadi Krisis Sistemik

ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/hp/cf
Ilustrasi. Ekonomi Cina tumbuh 7,9% pada kuartal kedua tahun ini.
Penulis: Agustiyanti
22/9/2021, 10.21 WIB

Cina saat ini juga tengah menghadapi masalah perlambatan ekonomi terutama seiring kasus Covid-19 yang kembali meningkat. Pertumbuhan ekonomi Negara Panda ini melambat sejak kuartal II 2021 yang tercatat 7,9% secara tahunan setelah mencapai puncaknya yang tumbuh 18,3% pada kuartal I 2021. 

Evergrande akan melakukan sejumlah pembayaran bunga obligasi mulai Kamis. S&P mengatakan raksasa properti ini akan gagal bayar pada pembayaran tersebut.

"Kami percaya sektor perbankan China dapat mencerna gagal bayar Evergrande tanpa gangguan yang signifikan, meskipun kami akan memperhatikan potensi efek knock-on," kata S&P.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut isu kegagalan korporasi di Negara Panda ini akan menjadi salah satu sentimen negatif yang dapat mempengaruhi arus modal asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. 

"Isu kegagalan korporasi di Tiongkok, rencana pengurangan stimulus The Fed, dan kenaikan kasus Covid-19 beberapa negara mempengaruhi perkembangan portofolio negara berkembang," ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan September, Selasa (21/9).

Perry mengatakan, sentimen krisis yang tengah dihadapi Evergrande mempengaruhi pasar modal di dalam negeri. Namun, ia mengatakan, dampak sentimen ini terhadap pasar surat berharga negara dan nilai tukar tidak banyak.

Ia menjelaskan investasi portofolio di Indonesia sejak Juli hingga 17 September mencatatkan arus modal masuk US$ 1,5 miliar. Hal ini, menurut dia, memperlihatkan bahwa sentimen Evergrande tak berdampak besar pada pasar keuangan domestik. 

"Tentu saja ada ketidakpastian yang tinggi di pasar saham akibat sentimen ini, sehingga sempat mempengaruhi pasar saham. Namun, kami lihat dampaknya perlahan mereda," kata dia. 

Halaman: