Berita Evergrande Terbaru dan Terkini Hari Ini - Katadata.co.id

Sektor properti di Cina saat ini tengah mengalami tekanan. Perusahaan properti besar di Cina, Evergrande Group, mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 15 di pengadilan Manhattan, Amerika Serikat

Raksasa properti Cina, Evergrande mengumumkan kebangkrutan, disusul Kaisa Group Holdings dan Country Garden dan Country Garden. Pertumbuhan bisnis properti di Cina sedang tidak baik-baik saja.

Jokowi mencontohkan adanya perusahaan properti raksasa Cina yang tumbang. Korporasi tersebut bahkan memiliki utang setara Rp 4.400 triliun.

Pendiri Evergrande Hui Ka Yan menjual 1,2 miliar saham di perusahaannya dengan nilai mencapai sekitar 2,68 miliar dolar Hong Kong untuk membayar utang.

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve melihat adanya potensi rembetan krisis utang tersebut ke perekonomian global, tidak terkecuali AS.

Evergrande masih harus menghadapi tenggat waktu pembayaran bunga obligasi luar negerinya senilai US$ 47,5 juta atau sekitar Rp 673 miliar pada 29 Oktober mendatang.

Melalui akun WeChat-nya, Evergrande menyatakan telah kembali melanjutkan 10 proyek properti dan real estat setelah sempat tertunda akibat krisis utang.

BI menilai kekhawatiran terhadap krisis utang Evergrande memberi sentimen negatif ke pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, hanya berlangsung sementara.

Krisis utang Evergrande memicu kekhawatiran pasar terjadinya dampak rembetan ke ekonomi dan sistem keuangan yang lebih luas di Cina.

Nilai gagar bayar utang 12 perusahaan properti di Tiongkok, termasuk Evergrande, mencapai 91,2 miliar yuan atau US$ 3 miliar pada semester I-2021.

Kasus gagal bayar Evergrande menimbulkan persoalan operasional bagi Waskita. Namun, di satu sisi lain, ini juga menjadi peluang terjadinya perpindahan portofolio investasi ke Tanah Air.

Evergrande kembali gagal membayar kupon obligasi dolar Maret 2024 sebesar Rp 676,5 miliar yang jatuh tempo kemarin, Rabu (29/9).

Analis memperkirakan kondisi krisis listrik dan juga kasus Evergrande akan menyusutkan pertumbuhan ekonomi Cina pada kuartal tahun ini.

Evergrande melakukan berbagai upaya untuk mengatasi krisis utangnya, salah satunya dengan menjual 14,75% sahamnya di Bank Shengjing senilai lebih Rp 21 triliun.

Krisis utang Evergrande akan memberikan dampak terutama terhadap sistem keuangan di Cina, tak berpengaruh besar terhadap Asia.