Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan kembali surplus US$ 4,37 miliar pada September meski kinerja ekspor impor menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor turun 3,84% menjadi US$ 20,6 miliar, sedangkam impor turun 2,67% menjadi US$ 16,23 miliar.
"Secara kumulatif sepanjang Januari-September, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 25,07 miliar, lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam keterangan resmi, Jumat (15/10).
Margo menjelaskan, ekspor pada bulan lalu melesat 47,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu meski turun dibandingkan Agustus. Ekspor nonmigas bulan lalu turun 12,56% dibandingkan Agustus, tetapi naik 48,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekspor migas turun 3,83% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi naik 39,79% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Secara keseluruhan sepanjang 2021, kinerja ekspor migas maupun nonmigas lebih baik dibandingkan 2019 maupun 2020," kata Margo.
Penurunan ekspor nonmigas pada September dibandingkan Agustus terutama terjadi pada sektor industri pengolahan yang tercatat turun 5,29% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ekspor pada sektor ini terjadi karena ekspor minyak sawit mentah atau cpo yang turun 33,24%, timah 27,45%, dan pupuk 32,49%.
Sementara itu, ekspor sektor pertanian berhasil naik 15,04% dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor tanaman obat, aromatik dan rempah-rempa menyumbang kenaikan ekspor dengan pertumbuhan mencapai 18,58% secara tahunan. Di sisi lain, ekspor sarang burung turun 42,88%, udang hasil tangkap anjlok 90,53%, dan sayur-sayuran turun 45,66%,
Berdasarkan negara tujuannya, penurunan terutama terjadi pada ekspor India dan Cina yang merupakan tujuan utama Indonesia. Ekspor ke India turun US$ 482,5 juta, sedangkan ke Cina turun US$ 236,5 juta. Sementara kenaikan ekspor justru terjadi ke Taiwan sebesar US$ 205,6 juta dan Filipina US$ 104,4 juta.
Kondisi tak jauh berbeda terjadi pada kinerja impor pada September. Impor masih tumbuh 40,31% dibandingkan September 2021 meski turun dibandingkan Agustus. Impor migas turun 8,98% secara bulanan tetapi masih melesat 59,19% secara tahunan. Sedangkan impor nonmigas turun 1,8% secara bulanan tetapi naik 38,18% secara tahunan.
Berdasarkan penggunaan barangnya, impor barang konsumsi turun 5,28% secara bulanan menjadi US$ 1,79 miliar, impor bahan baku penolong turun 2,27% menjadi US$ 12,09 miliar, dan impor barang modal turun 2,66% menjadi US$ 2,35 miliar.
"Tetapi secara tahunan, seluruh impor berdasarkan penggunaanya masih naik. Konsumsi naik 59,66% bahan baku penolong 45,46%, dan barang modal 10,07%," kata Margo.
Penurunan impor terbesar terjadi pada barang asal Cina sebesar US$ 512,8 juta, India US$ 148,8 juta, dan Korea Selatan US$ 118 juta. Sementara kenaikan impor terjadi untuk barang asal Ukraina US$ 139,9 juta dan Australia US$ 87,7 juta.
Secara kumulatif sepanjang Januari-September, impor mencapai US$ 139,21 miliar, naik 34,27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor secara kumulatif mencapai US$ 164,29 miliar sehingga terjadi surplus neraca perdagangan US$ 25 miliar.