Prospek Cerah Ekonomi dari Rekor Surplus Neraca Perdagangan Agustus

Agustiyanti
16 September 2021, 10:24
neraca perdagangan, ekspor, impor, pertumbuhan ekonomi, ekspor impor
123rf.com
Ilustrasi. Ekonomi kuartal III berpotensi tumbuh mendekati 4%, lebih baik dari prediksi sebelumnya.
  • Surlus neraca perdagangan Agustus mencetak rekor di tengah perbaikan kinerja ekspor dan impor.
  • Kunjungan ke pusat perbelanjaan semakin meningkat di awal September.
  • Ekonomi kuartal III berpotensi tumbuh mendekati 4%, lebih baik dari prediksi sebelumnya.

Kabar baik datang dari capaian neraca perdagangan pada Agustus 2021 yang mencetak rekor tertinggi surplus bulanan sepanjang sejarah. Kinerja ekspor dan impor naik dua digit dibandingkan bulan sebelumnya, mengkonfirmasi kondisi ekonomi yang mulai membaik sejak bulan lalu seiring pelonggaran Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pada bulan lalu melesat 20,92% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 21,42 miliar, sedangkan impor naik 10,35% dibandingkan bulan lalu menjadi US$ 16,68 miliar. Neraca perdagangan pun kembali mencatatkan surplus mencapai US$ 4,74 miliar, di atas ekspektasi para ekonom dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. 

“Angka surplus perdagangan ini memang di atas perkiraan kami. Selain karena ekspor bulanan kita ke Cina masih tinggi, ekspor bulanan ke India yang menjadi terget CPO kita juga tinggi, di atas rata-rata,” ujar Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro kepada Katadata.co.id Rabu (15/9). 

Ekspor ke Tiongkok dan India pada bulan lalu mencatatkan kenaikan tertinggi hampir US$ 2 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Tiongkok menempati urutan pertama negara tujuan ekspor terbesar Indonesia mencapai US$ 4,78 miliar, sedangkan India, bereda di urutan kedua setelah AS mencapai US$ 1,72 miliar.

Selain kinerja ekspor, Andri menilai kinerja impor yang meningkat pada Agustus juga cukup menggembirakan. Kenaikan impor mengindikasikan peningkatan kapasitas produksi industri karena sebagian besar bahan baku/penolong industri saat ini masih diimpor. 

Impor bahan baku/penolong naik 8,39% secara bulanan atau 59,59% menjadi US$ 12,38 miliar. Sementara impor modal yang terkait dengan investasi, naik 16,44% atau 34,56% menjadi US$ 2,41 miliar.

Andri melihat kinerja ekspor dan impor yang membaik akan mendukung perekonomian pada kuartal ketiga. Apalagi, indikator belanja masyarakat juga sudah mulai meningkat sejak awal Agustus. “Kita tinggal tunggu hasil yang positif dari sisi investasi,” kata Andri. 

Peningkatan belanja masyarakat tercermin dari data impor barang konsumsi yang  naik 15,34% secara bulanan atau 58,23% secara tahunan menjadi US$ 1,89 miliar. Selain itu, Data Mandiri Institute menunjukkan bahwa tingkat kunjungan masyarakat ke tempat belanja semakin meningkat pada awal September.  

Kunjungan masyarakat ke tempat belanja pada jam sibuk meningkat dari 60% pada 1-11 Agustus menjadi 68% pada 29 Agustus-5 September. Kenaikan paling tinggi terjadi pada kunjungan masyarakat ke mal yang naik dari  45% pada awal Agustus menjadi 67% pada awal September. 

Kenaikan kunjungan juga terjadi pada restoran yang mencapai 70% pada jam sibuk, sedangkan kunjungan ke supermarket tak banyak bergerak. 

Pemerintah mulai melonggarkan pembatasan sejak akhir Juli secara bertahap. Namun, pusat perbelanjaan baru mulai dibuka secara penuh di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya sejak 10 Agustus 2021 dengan kapasitas maksimal 50% dengan jam buka hingga 21.00 waktu setempat. 

Pembukaan mal pun secara bertahap dilakukan di daerah-daerah lain. Pemerintah pada awal pękan ini bahkan memutuskan untuk membuka bioskop khusus bagi daerah PPKM level 3 dan 2 yang saat ini merupakan status dari sebagian besar wilayah Indonesia, terutama Jawa dan Bali. 

Kondisi Ekonomi Lebih Baik dari Ekspektasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah melihat kondisi ekonomi mulai berbalik arah sejak Agustus seiring pelonggaran PPKM.  Penerapan PPKM darurat dan Level 4, terutama di wilayah Jawa menimbulkan koreksi tajam pada berbagai indikator ekonomi, seperti data purchasing managers index (PMI) manufaktur Juli yang jatuh ke zona kontraksi, keyakinan konsumen masuk ke level pesimistis, dan penjualan retail terkontraksi. 

"Kami melihat pada Agustus ini terjadi lagi pembalikan arah. Mobilitas masyarakat mulai meningkat dan mendorong aktivitas konsumsi," ujar Sri Mulyani  akhir bulan lalu. 

Ia menilai aktivitas ekonomi masyarakat pada Agustus mulai kembali meningkat seiring kasus Covid-19 yang terkendali dan pelonggaran PPKM. Ia terutama mengacu pada data mobilitas masyarakat.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...