Perekonomian dipastikan akan pulih lebih kuat tahun depan seiring tercapainya vaksinasi dan normalisasi kegiatan masyarakat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian tahun depan akan tumbuh 4,7% hingga 5,5%.
"Ekononomi Indonesia akan pulih pada 2022. Pertumbuhan akan lebih tinggi, mencapai 4,7% sampai 5,5% pada 2022 dari 3,2% sampai 4% pada 2021," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pidatonya di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2021, Rabu (24/11).
Perry mengatakan, optimisme pertumbuhan yang semakin kuat seiring vaksinasi yang semakin cepat. Pemerintah menargetkan 70% penduduk Indonesia sudah divaksinasi lengkap pada akhir tahun ini.
Selain itu, pembukan sejumlah sektor ekonomi dan berlanjutnya stimulus kebijakan juga akan mendongkrak pemulihan. Kementerian Keuangan menyiapkan anggaran Rp 441 triliun dalam rangka lanjutan program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) tahun 2022.
Sekalipun berkurang dari alokasi tahun ini, dukungan terhadap ekonomi, sosial, dan kesehatan masih dilanjutkan. Anggaran kesehatan dalam PC-PEN tahun depan dialokasikan Rp 117,9 triliun, belanja perlindungan sosial sebesar Rp 154,8 triliun dan pemulihan ekonomi sebesar Rp 141,4 triliun.
Untuk mencapai target pemulihan yang kuat tersebut, Perry menyebut dibutuhkan lima respon kebijakan strategis.
- Akselerasi transformasi sektor riil. Ini melalui implementasi proyeks strategis nasional (PSN), UU Ciptaker, reformasi kemudahan perizinan usaha, serta promosi investasi dan perdagangan.
- Sinergi stimulus fiskal dan moneter. BI akan membantu pemerintah memenuhi kebutuhan defisit anggaran yang mencapai Pemerintah merencanakan defisit anggaran tahun depan Rp 868 triliun. "Pada tahun 2020 sebesar Rp 473,4 triliun, tahun 2021 hingga kini Rp 143,3 triliun ditambah Rp 215 triliununtuk kesehatan dan kemanusiaan, lalu pada 2022 sebesar Rp 224 triliun dengan suku bunga rendah," kata Perry.
- Sinergi mendorong kredit dan transformasi keuangan. Perry mengatakan, bank sentral akan fokus mendorong kredit dunia usaha. Saat ini, terdapat sembilan sektor yang bersiap kembali menarik kredit, antara lain perkebunan, kimia-farmasi, hortikultural hingga makanan dan minuman.
- Digitalisasi ekonomi keuangan.
- Mendorong ekonomi keuangan yang inklusif, termasuk pengembangan keuangan, serta dukungan terhadap ekonomi dan keuangan hijau.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4% pada tahun ini. Kinerja tahun ini bisa dipastikan lebih baik dibandingkan kontraksi 2,07% pada tahun lalu. Namun, pertumbuhan yang tidak signifikan tampaknya dipengaruhi kinerja kuartal I yang masih terkontraksi serta kuartal ketiga yang melambat akibat varian Delta.
"Kinerja kuartal IV tetap akan berpotensi rebound namun mungkin lebih normal, dan tentu dengan reballancing di berbagai kegiatan ekonomi seperti di Cina, AS dan Eopa akan mempengaruhi proyeksi kuartal keempat, termasuk tahun depan," kata Sri Mulyani.
Optimisme pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat akhir tahun ini ditopang sejumlah faktor. Dari sisi produksi, PMI Manufaktur RI melesat pada Oktober, neraca dagang juga terus mencetak surplus jumbo beberapa bulan terakhir. Dari sisi konsumsi, keyakinan konsumen juga semakin membaik seiring pelonggaran PPKM.