Klaim Pengangguran AS Naik Setelah Capai Rekor Terendah dalam 52 Tahun

ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder/ama/dj
Ilustrasi. Rata-rata pergerakan klaim pengangguran baru AS dalam empat minggu terakhir berjumlah 203.750 klaim.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
17/12/2021, 10.43 WIB

Pemerintah Amerika Serikat melaporkan jumlah pengangguran bertambah dalam laporan pekan lalu. Ini terlihat dari adanya kenaikan klaim asuransi pengangguran baru setelah pekan sebelumnya sempat menyentuh level terendah dalam lima dekade.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan jumlah klaim asuransi pengangguran baru sebanyak 206 ribu klaim pada pekan yang berakhir 11 Desember. Kenaikan 18 ribu klaim dari pekan sebelumnya yang sempat mencatat rekor terendah dalam 52 tahun terakhir. Laporan tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones di 195 ribu klaim baru.

Mengutip CNBC Internasional, meskipun total klaim mingguan naik, rata-rata pergerakan klaim pengangguran baru dalam empat minggu berjumlah 203.750 klaim. Ini merupakan level terendah sejak 15 November 1969.

Kinerja ini juga sudah jauh di bawah level awal-awal pandemi yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di AS. Saat itu, klaim baru pengangguran sempat menyentuh 6,15 juta klaim pada April 2020. Jumlah klaim baru berhasil turun di bawah 300 ribu memasuki pekan kedua Oktober 2021.

Perbaikan di sisi tenaga kerja juga terlihat dari jumlah pengangguran yang memanfaatkan klaim lanjutan berkurang 154 ribu klaim menjadi 1,84 juta. Ini merupakan rekor terendah sejak 14 Maret 2020. Data klaim lanjutan ini meruakan update untuk periode pekan pertama desember, atau seminggu sebelum data klaim baru.

Rilis data ketenagakerjaan ini muncul sehari setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan percepatan tapering off. Untuk diketahui, The Fed bukan hanya memantau data inflasi sebagai indilkator untuk memperketata insentif moenetrnya, melainkan juga memperhatikan perbaikan di pasar tenaga kerja.

The Fed memulai tapering off berupa pengurangan pembelian aset sejak akhir bulan lalu. Bank sentral terbesar dunia itu mengurangi pembelian aset senilai US$ 15 miliar per bulan dari pembelian rutinnya US$ 120 miliar. Tetapi pembuat kebijakan The Fed kemudian sepakat menggandakan pengurang pembelian tersebut menjadi US$ 30 miliar mulai bulan depan.

Pejabat The Fed juga memperkirakan untuk mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2022. Kenaikannya kemungkinan hingga tiga perempat poin persentase atau 0,75% yang berpotensi direalisaiskan pada paruh kedua.

Pejabat pembuat kebijakan The Fed dalam rapatnya pada Rabu dini hari juga mencatat perbaikan di sektor tenaga kerja. "Peningkatan pekerjaan telah solid dalam beberpa bulan terakhir dan tingkat pengagguran telag menurun secara substansial," kata mereka.

Di sisi lain, kenaikan harga-harga di AS yang tak kunjung mereda telah memberi tekanan tambahan kepada bank sentral untuk mengambil sikap lebih agresif terhadap kebijakan moenetrnya. Inflasi konsumen AS pada November sebesar 6,8% secara tahunan, ini merupakan rekor tertinggi dalam empat dekade terakhir.

Reporter: Abdul Azis Said